Baliho

6 Feb

Oleh : Qizink La Aziva

Ini cerita dari kawanku tentang baliho para calon anggota legislatif (caleg) yang bercakap-cakap di malam hari.

***
Malam telah larut. Langit makin pekat dengan bulan sealis. Angin berhembus perlahan menerobos gerbang komplek perumahan yang dipenuhi baliho.
Wajah Yosi di baliho 2×3 meter makin kusut. Mata Komar menatap tajam wajah Yosi, menantu tersayangnya.
“Kuperhatikan dari siang wajahmu kusut terus. Kalau wajahmu kecut begitu, mana ada warga yang akan simpati untuk memilihmu,” ungkap Komar.
Yosi tak segera menyahut. Perempuan dengan rambut sebahu tersebut malah makin kecut wajahnya.
“Ada apa sayang. Bilang sama Om, kenapa cemberut begitu. Saat kampanye, perbanyaklah senyum,” suara Komar lembut. Namun karena malam itu hening, suara pria yang rambutnya telah beruban itu terdengar nyaring di telinga Yosi.
“Yosi lagi jengkel Om,” ujar Yosi. Tubuhnya bergoyang ditiup angin. “Coba Om perhatikan baliho yang ada di bawah kita!”
Di bawah baliho Yosi yang tertancap pada batang bambu itu terdapat sebuah poster caleg muda. Caleg dari Partai Kuning Langsat (PKL) itu memakai kaca mata hitam. Tak diketahui, apakah dia tertidur atau mendengarkan percakapan Yosi dan mertuanya.
“Ah, dia itu kan baru politisi ingusan. Anak kemaren sore. Apa yang kamu takutkan. Dia bukan tandinganmu dalam meraih suara. Tenanglah,” ungkap Komar.
“Bukan masalah perolehan suara Om. Kalau masalah suara, saya sudah yakin bakal mendapatkannya. Om sudah mengajarkan bagaimana cara membeli suara.”
“Terus apa yang kamu risaukan,” potong Komar.
“Yosi kesal karena baliho itu berada di bawah baliho kita Om. Aku kan malu. Apa Om nggak perhatikan kalau foto Yosi ini sedang pakai rok dan Yosi lupa pakai daleman saat dulu difoto.”
Wajah Yosi memerah.
Om Komar terdiam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Angin mulai berhembus kencang. Hujan mulai merintik.
Tanpa disadari, percakapan Yosi dan Om Komar itu tengah didengar Maksuni, caleg dari Partai Kuda Lumping Juragan Gabah (PKL Juga). Baliho Maksuni yang jaraknya setombak dari Baliho Yosi itu bergoyang-goyang. Wajah maksuni berubah tersenyum.
“Hei, ngapain kamu senyum-senyum!” teriak Komar pada Maksuni.
“Emang saya nggak boleh tersenyum. Hak saya dong mau senyum atau cemberut.”
“Ngeledek ya!” balas Yosi.
“Nggak… aku cuma ngebayangin….”
“Kurang ajar… pasti kamu juga ngebayangin yang nggak-nggak tentang aku ya…!” potong Yosi cepat.
Maksuni tertawa terbahak-bahak.
Dulunya Maksuni separtai dengan Yosi. Ia juga pernah menjalin asmara dengan Yosi. Tapi sejak Yosi menikah dengan anak Om Komar yang merupakan petinggi partai, Maksuni langsung pilih pindah partai.
“Alah…. aku sudah tahu koq.”
“Dasar politisi bejat!” teriak Yosi.
“Bejatnya kan bareng kamu! hahahaha…” tawa Maksuni makin nyaring.
Wajah Komar makin merah padam. Amarahnya memuncak. Angin malam makin tak karuan.
Komar ingin juga ikut mendamprat Maksuni. Tapi itu diurungkannya. Sebagai mantan anak buahnya, Maksuni mengantongi rahasia pribadinya. Saat masih di partai, Maksuni pernah memergoki Om Komar bercumbu dengan ibunda Yosi yang merupakan artis dangdut. Komar akhirnya memilih diam. Sementara pertengkaran mulut antara Yosi dan Maksuni makin seru.
Keduanya saling hina.
Keduanya saling ledek.
Keduanya saling damprat.
Keduanya saling hujat.
Keduanya membuka aibnya masing-masing.
Pertengkaran kedua caleg ini mendapat perhatian dari para caleg yang sedang nampang di gerbang perumahan ini.
Ada yang balihonya bergoyang-goyang ditiup angin seakan mengompori Yosi dan Maksuni agar terus ribut.
Ada yang balihonya nyungsep diterjang angin seakan meledek kedua calon senator yang sedang adu mulut.
“Kalau cintamu aku tolak, tak usahlah kau cari perhatian begitu!” teriak Yosi.
“Cinta…. hahaha… aku tak pernah menaruh cinta padamu Yosi. Mana ada cinta di tangan seorang politisi seperti aku. Di mata politisi hanya ada hasrat dan perselingkuhan… hahaha…” tubuh Maksuni yang tambun berguncang.
Wajah Yosi merah padam.
Wajah Komar pasi.
Wajah Maksuni ceria di atas angin.
Wajah caleg muda yang ada di bawah baliho Yosi tetap dingin.
Angin makin kencang memompa pertarungan antara Yosi dan Maksuni. Pertarungan tak lagi hanya adu mulut. Baliho keduanya semakin bergoyang ke kiri dan kanan.
Baliho Yosi mendamprat Baliho Maksuni.
Baliho Maksuni mendamprat baliho Yosi.
Baliho caleg lainnya ikut bergoyang kencang.
Hingga menjelang subuh, pertarungan baliho berlangsung. Pertarungan itu baru bisa terhenti, saat angin puting menghantam seluruh baliho. Dalam beberapa jenak, seluruh baliho ambruk di atas tanah.
Pagi harinya, warga komplek bersikap tak peduli saat menyaksikan baliho para caleg itu ambruk dan saling tumpuk.

****

Begitulah cerita dari kawanku tentang baliho para caleg yang bercakap-cakap di malam hari. Percayakah Anda? (*)

Banten, Februari 2009.

Apa yang Kau Dapat dari Spanduk Caleg

6 Feb

Setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa calon anggota legislatif (caleg) terpilih berdasarkan suara terbanyak, seluruh caleg berlomba-lomba menarik simpati masyarakat, baik yang bernomor urut kecil maupun besar. Beragam media dimanfaatkan untuk mensosialisasikan dirinya, yang terbanyak adalah spanduk, baliho, banner, dan stiker.

Qizink La Aziva-Bnten

Dalam sebulan terakhir, sudut-sudut Kota Serang dipenuhi ragam media sosialisasi caleg yang akan bertarung pada Pemilu 2009. Daerah pinggiran Kota menjadi sentra para caleg untuk memasang media sosialisasinya, karena jalur protokol sudah menjadi medan terlarang untuk sosialisasi diri.
Yang paling mencolok adalah di komplek-komplek perumahan. hampir di setiap gerbang komplek perumah dipastikan dipenuhi puluhan spanduk dan baliho beragam ukuran milik caleg. Dengan pemasangan yang tidak tertata, keberadaan media sosialisasi ini membuat pemandangan komplek perumahan menjadi semrawut.
Selain komplek perumahan, area yang kerap menjadi incaran para caleg untuk memasang media sosialisasinya adalah perempatan jalan dan pohon besar. Sehingga tak aneh, jika dalam satu pohon terdapat 3 hingga lima poster caleg. 
Selain tampak semrawut, materi yang dituangkan dalam media sosialisasi para caleg juga terkesan standar. Secara umum, materi kalimat yang tertuang dalam spanduk para caleg adalah nama, nomor urut, dan tanda contrengan. Sedangkan kalimat yang digunakan hanya ‘Mohon Do’a dan Dukungan’ dengan ditambahi kalimat standar untuk menarik hati rakyat, misalnya berbunyi ‘Maju Bersama Rakyat’, ‘Peduli pada Rakyat’, dan sebagainya. Untuk mempercantik tampilan, dalam spanduk dihiasi wajah caleg dengan berbagai pose ditambah logo partai serta tokoh nasional yang sedang digadang-gadang bakal maju menjadi calon presiden. Potret Soesilo Bambang Yudhoyono banyak dipakai para caleg dari Partai Demokrat, foto Megawati ikut menghiasi caleg PDI Perjuangan, Sultan Hamengkubowono juga ada di beberapa spanduk caleg partai RepublikaN.
Yang tak kalah menarik adalah materi sosialisasi yang disuguhkan para calon anggota DPD. Karena dalam kertas suara, calon anggota DPD bakal dilengkapi foto diri calon yang tampil secara eksentrik bahkan hingga terkesan berlebihan. Ada calon DPD yang misalnya memasang fotonya dengan sorban, padahal sorban itu tidak menjadi identitas pribadinnya yang melekat dalam keseharian hidupnya. Sementara untuk calon DPD dari kalangan perempuan, fotonya ditampil secantik mungkin dengan tata rias wajah yang wah.
Hanya ada satu dua caleg yang berani menampilkan isi kalimat berbeda dalam spanduknya. Thoyib Fanani, caleg DPRD Banten dari daerah pemilihan Kabupaten/Kota Serang misalnya, berani tampil kreatif dengan memanfaatkan kalimat ‘Belok Kiri Langsung’ dalam poster kampanyenya. Sehingga poster yang banyak dipasang di tiap perempatan jalan ini kerap menjadi perhatian pengguna jalan.
Rudi Kurniadi, caleg DPRD Kota Serang dari daerah pemilihan Kecamatan Serang juga berani tampil beda. Dalam media sosialisasi yang dibuatnya, Rudi hanya menampilkan puisi yang berisi ajakan kepada masyarakat untuk tepat dalam memilih calon pemimpin. Tak ada kalimat langsung yang secara khusus untuk mengajak masyarakat agar mencoblos dirinya. Selain itu, potret dirinya juga dibuat hanya dalam bentuk sketsa. “Saya memang ingin tampil beda. Saya tidak menampilkan diri saya sendiri dalam kampanye. Saya juga tak mau menonjolkan diri saya pribadi, karena saya menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya hanya mengajak mayarakat agar betul-betul memerhatikan calon pemimpin yang akan dipilihnya,” ujar Rudi memberi penjelasan tentang materi media sosialisasinya.
Di mata Ahmad Supena, dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Untirta, sebagian besar materi yang digunakan para caleg hanya menonjolkan ego masing-masing caleg. Hal ini terlihat dari materinya yang lebih mengedepankan sisi individu caleg. “Saya nilai materinya masih bersifat narsis,” ungkapnya.
Menurutnya, materi sosialisasi caleg lebih baik berisi tentang visi misi para caleg bila mereka terpilih. “Selama ini yang muncul hanya data pribadi. Sementara masyarakat tidak diberitahu lewat media kampanye tersebut tentang apa yang akan mereka lakukan untuk masyarakat bila mereka terpilih. Masyarakat hanya disuguhi nama dan potret caleg tanpa diberitahu apa yang akan mereka lakukan setelah jadi anggota legislatif,” ujarnya. (*)

Gaya Kampanye Caleg Banten melalui Internet

21 Jan

 

Banyak cara dilakukan calon legislatif di Banten untuk mensosialisasikan diri kepada pemilih. Salah satunya melalui internet. 

Keberhasilan calon presiden Amerika terpilih Barack Obama memanfaatkan teknologi untuk meraih simpati dan penggalangan dana dengan menggunakan situs internet facebook, tampaknya menginspirasi sejumlah calon anggota legislatif (caleg) di Banten untuk mensosialisasikan dirinya lewat internet.

Sebuah pesan singkat diterima Radar Banten dari Hafazhah, caleg PPP untuk DPRD Banten hari Minggu (18/1) lalu. Pesan singkat itu mengabarkan bahwa dirinya telah memiliki sebuah situs internet pribadi dengan alamat http://ppp-hafazhah.co.nr. “Silakan kunjungi untuk menghubungkan titik-titik komunikasi sesama,” tulis Hafazhah dalam pesan singkatnya.

Radar Banten mencoba menengok blog pribadi tersebut. Ternyata blog itu baru beberapa hari dibuat dan content atau isinya masih berupa nukilan yang disalin ulang (copy paste) dari berbagai media online. Sejumlah link seperti data pribadi serta visi dan misi, belum terisi.

Dalam situs ini juga terdapat link jejaring (blogroll) yang salah satunya adalah milik Ali Faozin, caleg PPP  dari Banten untuk DPR RI. Saat dikunjungi, situs milik Ali Faozin ternyata mirip sekali tampilannya (template) dengan milik Hafazhah.

Andika Hazrumy, caleg DPD Banten juga ikut mempromosikan dirinya lewat blog gratisan dengan alamat http://andika-hazrumy.blogspot.com. Content dan template blog ini lebih atraktif dibandingkan dengan dua blog milik Hafazhah atau Ali Faozin. Blog putra Gubernur ini banyak dihiasi foto kegiatan si caleg. Sementara isi tulisan, lebih banyak merupakan salinan berita dari berbagai media massa, baik lokal maupun online.

Blog caleg yang cukup menarik adalah milik Mohamad Arif Widarto, caleg Partai Gerindra dari daerah pemilihan Banten untuk DPR RI. Blog dengan alamat www.moharifwidarto.com ini berisi ragam tulisan pribadi, visi misi, kegiatan caleg, maupun tulisan lainnya. Blog alumnus Universitas Pelita Harapan ini juga sangat serius dalam mengelola situsnya karena si pemiliknya adalah seorang blogger, sehingga dalam situs ini juga ditampilkan jargon ‘Blogger Juga Bisa Nyaleg’ yang terpampang dalam sebuah gambar kaos.

Arif tak hanya membangun komunikasi politik melalui situs pribadinya tapi juga melalui berbagai situs jejaring seperti plurk, facebook, friendster,  dan sebagainya.

Bila caleg secara konvensional berkampanye dengan bagi-bagi kaos secara gratis, Arif melakukan hal berbeda melalui situsnya. Dalam salah satu link-nya, secara terang-terangan Arif melakukan penggalangan dana untuk kampanye dirinya dengan mencantumkan rekening pribadinya dan hadiah kaos untuk penyumbang dana dalam nominal tertentu. “Bagi penyumbang minimal Rp 150 ribu akan mendapatkan kaos.” Begitu kalimat yang ditulis dalam situsnya.

Efektifkah cara kampanye lewat internet ini seperti yang dialami Barack Obama yang terpilih menjadi Presiden Amerika? Hasilnya tentu saja, baru bisa diketahui nanti setelah pencoblosan pada 9 April. Namun yang perlu jadi catatan, masyarakat kita belum sepenuhnya melek internet, sehingga tak semua pemilih bisa mengakses gaya kampanye caleg lewat dunia maya ini. (qizink)

Damai Itu Adalah…

5 Jan

MIDEAST-PALESTINIAN-ISRAEL-GAZA-CONFLICTDamai bagi warga di Palestina adalah harapan. Berharap tak ada lagi invasi dari zionis Israel. Berharap bisa mimpi indah saat tidur malam. Berharap, tak ada lagi anak-anak kecil meregang nyawa atau menangis histeris dengan wajah berdarah. Berharap perang tak lagi datang. Untuk kedamaian warga Palestina ini, saya hanya turut berdoa semoga harapan itu terwujudkan.

MIDEAST-ISRAEL-GAZA-CONFLICTDamai bagi warga Israel adalah tipu daya. Sebuah tipuan menawarkan kedamaian dengan roket ditangan. Sebuah tipuan menyuguhkan persahabatan dengan wajah permusuhan. Menghadapi tipuan kedamaian dari kebengisan Israel ini, saya hanya teringat sebuah kalimat indah dari Yusuf Qardhawi, “berdamai dengan perampok yang hanya mau mengembalikan secuil hasil rampokannya adalah bodoh. Di dalamnya terkandung ketidakadilan . Yahudi seharusnya hengkang dulu baru bicara perdamaian.

Damai bagi warga Bandung adalah kreatifitas. Sebuah kreatifitas dengan mewujudkan jargon damai dalam stiker atau kaos-kaos bertuliskan ABCD ‘Anak Bandung Cinta Damai’. Untuk kalimat damai ini, saya mengacungkan jempol bagi warga Bandung yang telah kreatif.

Damai bagi warga yang hendak ditilang polisi lalu lintas adalah cara pintas. Cara pintas agar tidak menghadapi sidang tilang yang sangat merepotkan. Dengan kalimat, “Damai saja, Pak.” sambil menyodorkan selembar uang 20 ribuan atau 50 ribuan, maka warga yang hendak ditilang bisa melenggang aman. Terhadap cara damai seperti ini, saya hanya bisa mengelus dada, yang menyuap dan yang disuap sama saja nilainya.

Damai bagi anak kecil adalah makanan murah meriah seharga lima ratus perak atau gope. Makanan bermerk ‘Damai’ ini lezat dengan isi kacang hijau. Mengenai ‘Damai’ ini saya hanya tersenyum terkenang dengan masa kecilku yang juga turut menikmati kue ini.

Lha terus apa sebenarnya makna Damai bagiku.

Damai bagiku adalah agama. Islam sebagai agama yang kuanut berarti adalah keselamatan dan kedamaian.

Sekarang apa arti Damai bagi kalian ?

Banten dalam Sajak

1 Jan

KAIBON

di bawah gerbang bentar

tubuh ibu bergetar

telah lama ia menghamba

menyaksi remah sejarah dimakan usia

 

batu-batu berserakan

menunggu purnama musim penghujan

sejengkal kaki berjalan

tiang padurasa menghadang

tak ada lagi jendela istana

tempat ibu memandang liuk cibanten

 

air sungai membaja

jembatan rante tak lagi guna

tak ada perahu

dari negeri jauh melempar sauh

 

air mata ibu

menjadi batu di kaibon

 

Banten, Juli 2007-Januari 2009

 

WATU GILANG

tak ada lagi sultan

dinobatkan di atas watu gilang

 

hanya ada bocah bertelanjang dada

berebut bola di lapang terbuka

kakinya berdarah

                   tertusuk duri sejarah

 

puing pakuwon di sisi kanan

adalah saksi kuasa amarah

 

Banten, 2007-2008

 

NASI AKING

 

sepiring nasi aking

kita makan bersama

di tepi puing istana

 

itu siapa

lelaki bersorban serupa sultan

burung-burung kenari

yang telah mencatatkan duka pada helai sejarah

mengejar angin tak sampai dermaga

 

itu siapa

lelaki bertahta serupa maulana

Banten, April 2007

 

ISTANA

di depan gerbang istana yang tak lagi utuh

aku bersapa ibunda sultan

tersenyum dari puncak menara

 

pada tumpukan batu berlumut

aku masih mencium darah sultan

mengaliri kolam-kolam pemandian

 

permaisuri mencucurkan duka

hingga keruh airmatanya

 

dan setelah istana ini runtuh

siapa yang hendak menjadi sultan

kembali.

 

Banten, 2009

 

MAULANA

lelaki yang kau sebut maulana

membatu di dermaga renta

jubahnya menciumi bangkai perahu

 

pesta istana telah ditutup badai samudera

di meja-meja makan

pangeran terlelap kenyang

 

maulana, apa yang kau sisa untuk kami

Juni 2007

 

LIDAH API

aku telah mendayung sampan

sampai berpeluh harapan

tapi tak terdengar

ada kepak camar

 

ikan-ikan telah mati

dikutuki lidah api

 

awas amuk badai

oh dahaga semesta

di mana sampan akan dilabuhkan

 

Banten, 2007

Sajak Kenangan Akhir Tahun

29 Des

mari kita kenang kembali

saat kita menunggu matahari

pada senja di pantai itu

 

kaki kita bertelanjang diciumi lidah ombak

“jangan kau tuliskan namaku di pasir itu.”

katamu

 

lalu kita hanya mengeja kata-kata cinta

dikabarkan waktu yang berganti selalu

“jangan percaya pada angin.”

katamu

 

mari kita kenang kembali

 

Pantai Anyer, jelang 2009

 

# Jaga Kafka dan calon anak kita

Ke Bali Harus Berjinah

15 Des

 

Postingan ini sebenarnya sudah lama mengendap di otakku, tapi baru sempat aku ketikkan.

Postingan ini secuil tentang perjalananku ke Bali, akhir bulan lalu. Tak banyak lokasi yang kukunjungi dalam perjalanan selama dua hari ini, kecuali menyusuri sepanjang jalan Legian, Kuta, serta melancong sebentar ke Gianyar. Hujan yang selalu turun di Bali membuatku demam tubuhku. (Maaf kepada kawanku yang memesan arak Bali, karena aku hanya bisa membawakanmu Kacang Disco dari Kresna).

Dari Bali aku mendapatkan beberapa catatan kosa kata bahasa yang terdengar lucu. Wayan Menik, perempuan Bali banyak mengenalkan kosa kata yang cukup asing dan membuatku tersenyum, geleng-geleng kepala, bahkan tertawa ngakak.

Di mata orang Bali, kata (bahkan daerah) Banten merupakan sesuatu yang suci. Padahal salah satu pelaku BOm Bali yakni Imam Samudera adalah orang Banten. “Orang Bali terutama yang di daerah perkampungan penasaran ingin tahu Banten, karena Banten itu sesutu yang dijadikan alat persembahan atau sesajen yang dianggap suci,” terang Menik.

O…. githu!

Ah, jangan-jangan Banten dan Bali memang ada kaitannya. Bukankah dulu Banten juga merupakan daerah keraja Hindu. Bahkan kerajaan Salakanagara di Pandeglang yang hingga kini masih diperdebatkan termasuk kerjaan Hindu tertua. (Moga saja ahli sejarah segera menemukannya).

Lha terus apa hubungannya dengan judul tulisanku ini. Nah Menik juga ngasih tahu kalo orang Bali menyebut uang dengan kata  pipis. Kata yang lebih halus adalah jinah (ingat bukan zinah). “Ke Bali memang harus berjinah (memiliki uang) supaya bisa beli banyak oleh-ole,” kelakar Menik yang membuatku tertawa.

Ah, lain ladang memang lain belalang. Lain daerah tentu lain pula budaya dan bahasanya. Kata pipis dan jinah di daerah lain mungkin terdengar sangat saru. Tapi di Bali itu kata biasa yang sering diucapkan.

Apakah di daerah kalian ada kalimat yang di daerah lain artinya berbeda?

Tadarus Nafas

14 Des

maka berhembuslah dari setiap nafasku

menjadi rindumu

mengeja cuaca yang selalu sulit kuterka

Banten

Ngecet bareng Bunda

14 Des

pagi ini di sela ngedit berita di kantor, aku disapa seseorang lewat YM dengan id bunda_*******. Dia menudingku sombong. Aha, terus terang aku memang lom mengenalnya, karena idnya aja lom aku add. Usut punya usut ternyata ia adala Bunda Menik pemilih Saung Bunda yang udah kesohor itu. Ngecet pun hanya sebatas kabar, musim, dan kabar keluarga. Sumpeh, bunda ternyata gokil di blog dan saat ngecet.

Asyik juga ngecet dengan bunda. Bunda sampe ngakak gagulingan waktu kubilang tentang karakter lelaki itu kurang ajar dan mau enaknya sendiri. Makanya saya memilih tak menikah dengan lelaki.

Oya, sampe sekarang aktif di blog, saya baru ngecet dengan dua orang bloger. Selain dengan Bunda Menik, bloger yang pernah ngecet denganku adalah langitjiwa yang kejadiannya dah beberapa bulan silam.

Maklumlah, walau YM ku online dengan status “i’m on sms”, aku sebenarnya jarang ngecet.   (*)

Pesan Politikus Pada Anaknya

10 Des

anakku,

menjadi politisi tak perlu sekolah

pendidikan cukup jadi wacana di meja rapat

atau obrolan ringan di meja makan

ijazah?

aha, mudahlah itu dibuatnya

 

anakku,

menjadi politisi ulung itu gampang

asal bisa bersilat lidah

 

anakku,

untuk menjadi pengusaha tak perlu kerja keras

kerja keras hanya ada pada dongeng

dari orang tua

 

anakku,

menjadi pengusaha sukses itu gampang

asal bisa membangun koneksi

dan rajin bagi-bagi komisi

Dikutuk Judul…

8 Des

101_1323Sabtu (6/12) sekitar pukul 09.30 aku meluncur ke Rumah Dunia . Badan sebetulnya masih capek karena sehari sebelumnya aku lelah liputan pelantikan Walikota/Wakil Serang dan juga nunggu kabar tentang wafatnya manta Gubernur Banten pertama HD Munandar.

Sudah sebulan aku tak bertandang ke komunitas yang diasuh Gola Gong dan Tias Tatanka ini. Terakhir aku datang sekitar sebulan lalu saat memberi testimoni sebelum Gong dinobatkan meraih Indonesia Berprestasi Award dari XL.

Jadi kelelahan itu aku singkirkan. Aku rindu Rumah Dunia. Setelah mengantarkan isteri dan si Kafka, aku meluncur ke Rumah Dunia untuk mengikuti Ode Kampung #3 yang mengsung Temu Komunitas Literasi se-Kampung Nusantara. Sesampainya di lokasi, diskusi sedang  berlangsung. Tapi aku tak langsung mengikutinya, aku memilih keliling stand buku dan souvenir terlebih dahulu.

Di stand FLP Serang, aku duduk sambil menghisap rokok cowboy. Tak  lama berselang dari dalam sebuah ruang kecil muncul Ali Muakhir, mantan editor Dar! Mizan yang kini jadi Managing Editor Penerbit Salamadani.

Selain Gong, Ali Muakhir adalah provokator ulung yang telah berhasil memotivasi diriku untuk melahirkan novel Gerimis Terakhir. “Bisa tidak sebulan selesai…” begitu kalimat yang dilontarkan Ali Muakhir di awal Ramadhan 2003  silam. 

Syukurlah walau lebih dari waktu yang ditentukan novel itu lahir juga. Seperti yang tercatat dalam bukuku, royalti buku itu modal untuk walimahku (lumayan buat beli mas kawin). Jadi aku sangat bersyukur bisa ketemu kembali dengan Ali Muakhir.

Setelah berjumpa dengan Ali Muakhir, aku juga berjumpa dengan Daniel Mahendra, jagoan penganyam kata yang kalimatnyanya selalu renyah dibaca. Aha, awalnya kupikir Daniel ini sangat serius banget karena kepalanya dipenuhi Pramoedya, ternyata daniel guyuib juga. “Foto dulu ya, buat blog,” begitu pinta Daniel.

Sebagai alumnus relawan Rumah Dunia, aku dengan soknya bercerita tentang Rumah Dunia dan beberapa kegiatannya. Tapi ternyata walau baru pertama kali datang ke Rumah Dunia, Daniel banyak mengikuti tentang Rumah Dunia, lewat dunia maya. Hmmm… Dunia tampaknya memang sudah selebar kotak monitor. Sehingga aktivats Rumah Dunia di kampung terpencil pun sudah banyak diketahui.

Beberapa jenak kemudian, Gola Gong muncul di hadapan Ali Muakhir, Daniel Mahendra, Bambang Trim, sambil memprovokasi kemandulan diriku. Gong mengatakan, bahwa aku terkutuk oleh judul novelku sendiri. “Kamu salah bikin judul novel. Gara-gara judulnya Gerimis Terakhir, itu jadi novelmu yang terakhir. Ayo mana novelmu yang laen.”

Duh…! Aku nyesek! Draft bukuku di komputer banyak yang belum terselesaikan. Apakah aku memang sudah kena kutukan. (qizink)

Foto-foto dapat diintip di situsnya kang Daniel saja , di sini.

Melahirkan Jelang Ikut Tes CPNS

1 Des

9-tan-malaka

 

 

 Niat Dewi Yuliani (24) dan Neli Apriani (26) untuk menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) luar biasa besarnya. Kedua ibu rumah tangga itu mengikuti tes CPNS di lingkungan Pemkab Pandeglang dengan nasib berbeda meski dengan niat yang sama-sama kuat.

Dewi Yuliani mengikuti tes dalam kondisi hamil tua sehingga akhirnya gagal untuk mengisi soal-soal tes karena keburu melahirkan. Padahal kemarin Dewi sudah datang ke lokasi tes di SDN Pandeglang 4 bersama dengan suaminya. Namun sebelum tes dimulai sekira pukul 08.30 WIB, tiba-tiba Dewi merasakan perutnya mules seperti akan melahirkan. Beruntung, suaminya, cepat tanggap dan buru-buru membawa Dewi ke sebuah klinik. Namun tidak diketahui, di klinik mana Dewi melahirkan.

Lain lagi cerita yang dialami Neli Apriani. Ibu rumah tangga muda ini lebih beruntung karena berhasil mengikuti tes lantaran sudah melahirkan pada Sabtu (29/11) lewat operasi caesar. Meski baru satu hari melahirkan, namun semangat Neli untuk menjalani tes CPNS kemarin tidak kendor.

Neli -yang mengambil formasi guru, mengisi soal-soal tes di SDN Saruni 2, Pandeglang. Dengan tangan masih diinfus, warga Kampung Karya Mukti, Desa Bama, Kecamatan Pagelaran, itu mengerjakan soal di sebuah ruangan khusus. Saat mengerjakan soal, Neli sendiri saja tetapi diawasi oleh pengawas. Bahkan ia tidak mempedulikan jepretan kamera wartawan yang terus membidiknya. Sementara di luar ruangan, sang suami bernama Sertu Solihul Huda menunggu dengan setia. (*)

 

Tan Malaka & Banten Tak Terpisahkan

21 Nov

9-tan-malakaSERANG – Hubungan antara Tan Malaka sebagai tokoh revolusi Indonesia dengan daerah Banten tak bisa terpisahkan. Tokoh yang memiliki nama asli Ibrahim Datuk Tan Malaka tersebut pernah melakukan pergerakan melawan penjajahan di Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dengan nama samaran Ilyas Hussein.

“Kedekatan Tan Malaka dengan rakyat Banten bukan suatu kebetulan. Tan Malaka memiliki kajian tersendiri tentang daerah ini,” ujar Prof Zulhasril Nasir, Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, saat bedah buku Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia karya Harry A Poeze, di aula Radar Banten, Kamis (20/11).

Dalam pandangan Zulhasril, Banten memiliki kesamaan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota, Minangkabau, Sumatera Barat, sebagai daerah kelahiran Tan Malaka. Menurutnya, kedua daerah tersebut sama-sama memiliki keteguhan dalam memegang tradisi serta memiliki dua komponen utama pergerakan, yakni ulama dan jawara. “Di Minangkabau ada tradisi merantau. Sementara pelaut Banten juga dikenal di Nusantara sebagai pelaut tangguh. Bahkan pengaruh kerajaan Banten sampai ke Sumatera,” ujarnya.

Selain Zulhasril, diskusi yang berlangsung mulai pukul 13.00 ini menghadirkan pembicara Bonnie Tryana (sejarahwan muda asal Banten) dan Harry A Poeze selaku penulis buku. Hadir dalam diskusi ini Irfendi Arbi (Wakil Bupati Lima Puluh Kota), Datuk Tan Malaka Muda serta beberapa kerabat Tan Malaka dari Sumatera Barat. Hadir pula dalam kesempatan ini sejumlah tokoh Banten, di antaranya Pandji Tirtayasa (mantan calon Walikota Serang) serta sejumlah mahasiswa dan tokoh pemuda Banten.

Bonnie Tryana mengungkapkan, Tan Malaka merupakan sosok yang memberikan banyak pelajaran kepada bangsa Indonesia. “Saat masyarakat Indonesia sedang mencari identitas demokrasi dengan melihat pemilihan presiden di Amerika Serikat, Tan Malaka sebenarnya sudah memberikan pelajaran bahwa perbedaan tak mesti menjadi sebuah hambatan untuk membangun bangsa,” ujarnya.

Bonnie juga sepakat bahwa kiprah Tan Malaka di Banten tak bisa dipisahkan. Dikatakan, menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Tan Malaka menggelar rapat di salah satu rumah warga di Lebak. “Salah satu hasil rapatnya adalah bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera dilakukan tanpa menunggu pemberian dari Jepang,” ujarnya.

Redpel Majalah Otonomi ini juga memandang, selain sebagai sosok yang sederhana, Tan Malaka merupakan cermin pemimpin yang otentik. “Ketika Tan Malaka berbicara tentang kelaparan, dia sendiri merasakan kelaparan itu. Tan Malaka hidup di gubuk sempit saat menuliskan buku Madilog. Kesederhanaan itu sebagai pilihan. Padahal sebagai seorang datuk yang sama dengan priyayi pada saat itu. Tan Malaka merupakan nasionalis yang betul-betul memerhatikan nasib bangsanya,” ujarnya.

Harry A Poeze mengaku butuh waktu panjang bagi dirinya untuk menuliskan sejarah Tan Malaka. Buku sejarah yang dalam versi Bahasa Belanda setebal 2.200 halaman membutuhkan waktu sekitar 37 tahun untuk menelitinya. “Saya menuliskannya, karena Tan Malaka jarang diungkap,” ujarnya dalam Bahasa Indonesia yang fasih.

Nazmudin Busro, warga Banten pecinta sejarah mengatakan, Banten dan Minangkabau memiliki hubungan erat. “Bila Tan Malaka dari Minangkabau berjuang di Banten, maka ada juga orang Banten yang berjuang di Minangkabau, yakni Syafruddin Prawiranegara yang memimpin Pemerinahan Darurat Republik Indonesia (PDRI),” ungkapnya. (qizink)

Video Mesum Itu Menyesatkan

19 Nov

 

SERANG – Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dindikbudpora) Kota Serang Ahmad Zubaidillah menyayangkan ada video mesum di internet yang membawa-bawa nama sekolah SMA 17 Serang.

“Sangat saya sesalkan. Tentu saja itu sangat menyesatkan,” kata Zubaidillah, Selasa (18/11), saat mengomentari beredarnya video mesum di internet seperti yang diberitakan  sebelumnya.  

Ia pun mengimbau kepada para pengelola warung internet (warnet) agar memantau anak-anak sekolah yang bermain internet saat jam sekolah. “Kalau perlu ditegur dan dilarang,” tegas Zubaidillah.

Katanya, penggunaan internet yang tak diarahkan mempunyai kecenderungan negatif. “Saya harap, pelajar-pelajar di Kota Serang menjadi generasi penerus yang dapat diandalkan dalam membangun negeri ini,” urai Zubaidillah.

Feri (35), pemilik Rizka Net Ciceri, Kota Serang, mengungkapkan, sering mengontrol situs-situs yang dibuka para pelanggannya. “Saya suka keliling-keliling memastikan kalau anak sekolah tak ada yang buka video-video seperti itu,” tegasnya. Ia juga sering menemukan anak sekolah yang membuka situs porno. “Langsung saya tegur dan saya larang,” pungkas lelaki berkulit putih.

Ramanda Tambu (21), warga Serang, mengaku, belum tahu tentang video tersebut. “Masa sih orang Serang?,” ungkapnya saat ditemui di salah satu warnet di Kota Serang, Selasa (18/11). Ia mengaku, tak terlalu gemar meng-up date video-video porno seperti itu. (mg-inna)

SMA 17 Serang Digoncang Isu Video Porno

18 Nov

*Sejumlah Guru dan Siswa Tak Mengenali Pelaku

SERANG – Warga Kota Serang yang suka berinternet kini digegerkan dengan beredarnya sebuah video adegan mesum. Video ini sudah beredar luas lewat internet dengan nama file SMA 17 Serang.

Gambar pelaku dalam adegan tersebut sengaja difoto pakai kamera digital untuk diperlihatkan (dikonfirmasikan) ke pihak SMA YP 17 Serang, namun sejumlah siswa dan guru tidak mengenalinya.

Informasi tentang adanya video porno ini diperoleh Radar Banten pada Minggu (16/11) dari sejumlah warga yang kedapatan sedang mengunduh (download) video itu di salah satu warung internet (warnet) di Kota Serang. Video berdurasi lebih dari 3 menit ini beredar luas di situs-situs tempat penyimpanan data, seperti rapidshare, filestube, dan rapidlibrary. Video ini gampang didapat dengan menggunakan mesin pencari (search engine).

File video ini terdiri dari berbagai ekstension, di antaranya 3gp, wmv, dan rar. Hasil penelusuran di situs penyimpan data file, diduga file video porno ini sudah beredar luas sejak pertengahan tahun ini. Hal ini setidaknya terlihat dari tanggal penyebaran video di situs yang tercatat pada 22-05-2008.

Dalam video yang diduga dibuat melalui kamera telepon genggam ini tampak seorang perempuan berambut sebahu sedang bersebadan dengan seorang pria yang tak tampak wajahnya di layar. Video diduga dibuat di sebuah hotel.

Saat Radar Banten mendatangi SMA 17 Serang, sejumlah guru merasa kaget dengan kabar adanya video mesum yang beredar dengan menggunakan file nama sekolahnya. Pihak sekolah yang lokasinya dekat dengan Stadion Maulana Yusuf, Ciceri, Serang, ini membantah video mesum yang yang beredar di internet saat ini dilakukan oleh anak didiknya.

“Perempuan dalam video ini terlihat dewasa, saya yakin itu bukan anak kami. Saya juga belum pernah melihat wajah perempuan itu di sekolah,” ungkap Wakil Kepala SMA YP 17 Bidang Kurikulum Martajaya kepada Radar Banten, Senin (17/11).

Ia juga memanggil sebagian guru untuk mengenalinya. Namun dari lima guru yang dimintai keterangan, semuanya mengaku tak mengenali sosok perempuan berkulit putih yang ada di video itu.

Untuk lebih meyakinkan kalau perempuan yang ada di video itu bukanlah siswi SMA 17 Serang, Radar Banten menanyakan kepada perwakilan siswa dari tiap kelas. “Semuanya ada 7 kelas. Dua kelas untuk masing-masing kelas 1 dan 2, dan 3 kelas untuk kelas 3,” ungkap Martajaya.

Martajaya mengaku, bila sosok yang ada dalam video itu siswanya, maka akan memberikan sanksi. “Kalau memang itu anak kami, tentu akan kami keluarkan. Tapi hingga kini, kita belum tahu identitasnya. Saya memang belum pernah lihat. Saya rasa alumni juga tak ada,” tutur Martajaya.

Begitu pula dari sekitar 10 siswi yang dipanggil untuk mengenalinya, semuanya tak kenal. Namun ada dua siswi yang mengaku pernah melihat wajah perempuan itu. Sayangnya, kedua siswi tersebut tak ingat pernah bertemu di mana. “Mungkin pernah papasan  (bertemu muka-red) di jalan teh,” ungkap salah satu siswi itu.

Radar Banten juga sempat menanyakan identitas perempuan itu kepada sejumlah pelajar di depan sekolah. Serupa dengan 10 siswi tadi, semua siswa yang sedang nongkrong itu mengaku tak mengenal perempuan dalam video itu yang didokumentasikan kamera digital. (qizink/mg-inna)

 

Catatan :

Angkot Ogah Turunkan Tarif

11 Nov

SERANG – Pemerintah yang akan menurunkan harga premium atau bensin dari Rp 6 ribu menjadi Rp 5.500 per liter mulai 1 Desember 2008 ditanggapi dingin awak angkutan kota (angkot). Mereka tidak mau menurunkan tarif angkutannya.

Ketua Paguyuban Angkutan Kota Serang (PAKS) Embing Dimyati menilai, nilai penurunan harga premium tersebut belum sebanding dengan biaya operasional angkutan. “Kalau turunnya cuma Rp 500 itu tak berpengaruh. Berat kalau harus diikuti dengan penurunan tarif angkot,” terang Embing, saat dihubungi lewat telepon ganggamnya, Senin (10/11).

Embing menilai, penurunan harga premium itu masih jauh dari harga awal premium sebelum dinaikkan. ”Sebelum naik harga premium Rp 4.500. Kalau sekarang harganya jadi Rp 5.500, penurunan itu jadi kurang berarti,” ujarnya.

Diketahui, tarif angkot dalam kota Serang Rp 2.500. Sementara bagi pelajar dan mahasiswa dikenai tarif separuhnya. ”Tapi di lapangan masyarakat biasanya ongkos Rp 3.000 karena dengan alasan tidak ada recehan,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika (Dishubpar Kominfo) Kota Serang Hendi Kuspiandi mengaku belum melakukan musyawarah terkait kemungkinan turunnya tarif angkot. ”Kita juga masih menunggu instruksi dari Departemen Perhubungan (Dephub) untuk kebijakan ini,” ujarnya.

Walau belum ada musyawarah, Hendi menambahkan, cukup berat bagi awak angkot untuk menurunkan tarif bila penurunan premium hanya Rp 500 tanpa diikuti komponen lainnya. ”Penentuan tarif angkot itu tidak hanya berdasarkan harga BBM, tapi ada komponen lainnya yang ikut memengaruhinya, misalnya onderdil. Selama ini onderdil merupakan faktor yang paling besar dalam memengaruhi tarif angkot karena harganya cukup mahal,” jelas Hendi. (fau)

Bab Kematian

6 Nov

I

dia tiba

tiba-tiba

 

tak terterka

 

II

selembar daun

kering gugur waktunya

sepucuk daun

basah lalu patah

 

III

kekasih

hanya kau

tak bisa kudamba

tak kuasa kuhela

adanya

 

IV

m        a        u         t

a                             u

u                             a

t         u        a         m

 

V

bila maut menjemput

aku hanya turut

Eksekusi Mati

29 Okt

Malam ini aku hanya bisa tersenyum. DI layar kaca televisi, seorang pria berkemeja cokelat (sungguh aku tak mengenalnya), sudah memastikan jadwal eksekusi mati untukku. Hm, berani sekali pria itu menentukan jadwal untuk kematianku. Sejak kapan dia diangkat menjadi Tuhan, sehingga berani menentukan jadwal kematian yang sebetulnya menjadi prerogatif Tuhan. Hm, untung saja ia berada jauh di sana. Andai saja dia dekat, mungkin sudah kucekik lehernya. Mungkin terasa nikmat, mencekik orang yang congkak yang hendak merebut kekuasaan Tuhan seperti pria itu.

“Kau sudah mendengarnya?” Bewok mempertanyakan. Bewok juga terhukum mati. Tapi nasibnya masih terkatung-katung. Lelaki yang dituduh sebagai pembunuh berencana terhadap lima orang jawara di Banten tersebut sampai sekarang belum ada kepastian tentang eksekusinya. PAdahal dia sudah 13 tahun dipenjara.

Aku menggukkan kepala.

“Kamu takut?” Tanyanya lagi, sambil menselonjorkan kakinya di lantai penjara yang sepi.

“Haha… sejak kapan aku takut dengan kematian. Aku sudah siap. Sebelum hakim memutuskan hukuman mati untukku, aku sudah siap dengan kematian. Kematian sudah menjadi hak kita yang tak mungkin kita lewatkan.”

Aha, kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku sampai dihukum mati. Maaf, aku tak akan menceritakannya. Semuanya sudah aku jelaskan di pengadilan. Yang pasti aku bukan pelaku pembunuhan berencana dengan korban dimutilasi atau dengan modus sadis lainnya, seperti yang ditayangkan televisi. Jangankan untuk membunuh orang, liat darah ayam dipotong saja, tubuhku sudah gemetaran.

Aku juga tak termasuk dalam jaringan teroris, apalagi sebagai pengedar narkoba.

Lho, terus kenapa aku ditahan? (itu kan yang kamu pertanyakan)

Sudahlah, tak usah kalian bertanya tentang hukum. Di negeriku, hukum itu sesuatu gelap. Tak perlu kejelasan dan penjelasan. Aku sudah capek, berbusa-busa di pengadilan membela diri bahwa aku tak melakukan apa yang jaksa tuntut. Tapi mereka semua diam. Aku tetap dihukum. Aku sudah melakukan banding hingga ke tingkat paling atas, tapi semuanya sama. Aku capek.

Sekarang mereka mempersiapkan jadwal kematian untukku.

***

Masa isolasi di sel aku nikmati untuk bercengkrama dengan isteri dan dua anakku. Ya, permintaan terakhirku sebelum mati, hanya ingin berkumpul dengan keluargaku. Lucu sekali melihat si Azka, anak bungsuku yang baru berumur lima tahun pakai baju polisi kedodoran.

“Pak, beliin topinya!” ucapnya sambil ngelus-elus kepalanya yang botak. Aku mengguk pelan.

Isteriku tersenyum, walau aku bisa memastikan hatinya sangat pedih tahu suaminya dalam dua hari lagi akan menghadapi regu tembak.

Ibuku hadir juga di ruang karantina. Tapi dia lebih banyak diam.

“Sabar. Banyak doa…” cuma itu yang ibu katakan. Ada air mata yang nyangkut di ujung kelopak matanya.

****

Pukul 23.45, aku dibawa keluar dari ruang tahan. Aku dimasukkan dalam mobil dengan dikawal sejumlah aparat keamanan. Mobil melaju kencang. Sejumlah wartawan bergerombol di depan pintu rutan. Blizt kamera menyorot ke kendaraan yang kami tumpangi.

Mobil melaju semakin kencang. Seorang kameramen hampir tertabrak. Aha, salut sekali aku dengan kerja keras para wartawan itu. Sampai larut malam mereka masih memburu berita.

Mobil memasuki kawasan hutan lindung di pinggiran kota. Beberapa jenak kemudian mobil melambat. Mobil berhenti.

***

Sebelum mataku ditutup, aku masih sempat menyaksikan para penembak bersiaga di hadapanku.

DOR! (end)

***

Bikin Kompor Serbuk kayu

29 Okt

Lingkungan sekitar bisa menjadi inspirasi sejumlah orang untuk menjadi kreatif. Mahdi Susesno (25), banyak menciptakan sejumlah perkakas dan mesin dengan melihat potensi yang ada di sekitar tempat tinggalnya, di daerah Karangantu, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten.

Banyaknya usaha panglong (penggergajian) di Kecamatan Kasemen menjadi salah satu inspirasi bagi Mahdi untuk membuat kompor dengan bahan baku serbuk kayu sisa penggergajian. “Selama ini serbuk kayu itu kurang dimanfaatkan masyarakat,” terang Mahdi, saat menghadap Penjabat Walikota Serang Asmudji terkait rencana keberangkatan dirinya ke Semarang untuk mengikuti Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Nasional ke-X, Senin (27/10).

Tak perlu modal besar untuk membuat sebuah kompor serbuk kayu ini. Manajer Bengkel Kirno Bersaudara ini mengatakan, hanya dengan bermodalkan Rp 30 ribu dirinya bias membuat sebuah kompor yang bias dimanfaatkan masyarakat sebagai alternatif bahan bakar minyak. Untuk serbuk kayunya sendiri yang sudah dipadatkan, kata Mahdi, harganya hanya Rp 1.000 per plastik. “Satu plastiknya berisi 50 butir. Satu butir bisa bertahan sampai 20 menit,” ungkapnya.

Pria yang tahun ini baru lulus dari STIE Widya Wiwaha Jogjakarta ini mengatakan, kompor-kompor itu sebagian sudah dijualnya ke masyarakat. Kendati demikian, ia mengakui, masyarakat belum begitu banyak berminat untuk menggunakannya. “Budaya masyarakat kita juga belum terbiasa. Kalau tidak ada minyak atau gas, masyarakat lebih memilih langsung kayu bakar,” ujarnya.

Selain membuat kompor berbahan bakar serbuk kayu, Mahdi juga membuat sejumlah mesin yang diharapkan dapat membantu masyarakat, di antaranya adalah mesin perontok padi, mesin penggilingan padi yang menghasilkan beras dengan kualitas bersih, serta mesin penyedot pasir untuk pertambangan. Dikatakan, dari sekian banyak mesin yang dibuatnya, baru mesin penyedot pasir untuk pertambangan yang sudah diberi label. “Saya beri nama mirip nama bengkel kerja saya, yaitu Kirino. Kalau yang lain belum saya namai. Saya membuat mesin penyedot ini karena selama ini penambang tradisional masih menambangnya secara manual,” ujar pria berjenggot ini.

Dikatakan, mesin Kirino buatannya sudah banyak dipesan masyarakat, tak hanya dari Banten. “Dari Sulawesi juga sudah ada yang pesan,” ujarnya seraya menunjukkan gambar rancangan dan spesifikasi mesin penyedot pasir ini.

Mesin penyedot pasir dan kompor berbahan bakar serbuk gergaji ini akan ia bawa ke lomba TTG di tingkat nasional mulai 31 Oktober mendatang.  (qizink)

 

Tentang Cinta

23 Okt

I

kemarilah, kekasih

ada yang harus kuceritakan padamu

tentang setangkai bunga

yang  pernah kita tanam di taman kecil

 

“sayang, biarkan dia tumbuh”

 

 II

kemarilah, kekasih

ada yang ingin kusematkan dalam hatimu

setangkai bunga yang pernah kita damba bersama

 

“sayang, biarkan dia mengabadi”

 

III

kemarilah, kekasih

ada yang ingin kusembahkan

setangkai bunga abadi yang dipetik dari jauh perjalanan

 

“sayang, jangan lagi kau tinggalkan”

 

Banten

Rencana ke Bandung

22 Okt

Sabtu (25/10) esok, saya dan bareng teman-teman wartawan rencananya akan berangkat ke Bandung. Tak ada agenda khusus untuk datang ke Kota Kembang ini. Hanya sekadar jalan-jalan.

Sudah lama juga saya tak ke Bandung. Terakhir saya ke Bandung saat launching peluncuran kumpulan cerpen Harga Sebuah Hati di Braga sekitar 2006 lalu. Terus terang saya kangen dengan Bandung. Saya pengen liat bangunan tempat saya dulu selama tiga tahu kursus komputer yang kini sudah jadi Pom Bensin di sekitar Dipatiukur, makan jagung bakar di Dago, atau nongkrong di sudut-sudut Kota Bandung yang selalu menarik.

Saya juga kangen pengen maen ke Selasar Sunaryo di Dago Atas, maen ke Pentagon di UPI, atau sekedar cuci mata di BIP.

Namun rencana keberangkatan ke Bandung ini masih aku pertimbangkan. Karena dalam dua hari ini, aku sedang sering sakit-sakitan. Maklum sedang masa pancaroba.

Semoga saja, pada saat berangkat, badan ini bisa bugar hingga bisa menikmati lagi Bandung.

Kematian dan Kehidupan

15 Okt

Membaca postingan mbak Yessy di sini, hampir serupa dengan yang kualami kemaren.

Pagi sekitar pukul 06.00, aku mendapat telepon dari Nida, adikku. Ia mengabarkan kalau bibiku Maria Ulfah (adik kandung almarhum Bapakku) meninggal dunia pada pukul 03.00. Sepuluh menit kemudian, kakak iparku menelpon untuk memberikan kabar yang sama ditambah harapan agar bisa menghadiri prosesi pemakaman yang akan dilangsungkan pada pukul 11.00.

Tanpa diminta kakak iparku pun, aku sudah memastikan akan menghadirinya. Toh perjalan Serang ke Anyer hanya sekitar satu jam. Aku memastikan akan berangkat pada pukul 08.30. Aku hanya perlu izin tak ikut rapat di kantor. APalagi rumah bibiku ini hanya berjarak sekitar 10 meter dari kediaman orangtuaku. Apa kata dunia, kalau aku tak hadir dalam pemakaman kerabat dekatku ini.

Pada pukul 06.30, sperti biasa aku menjadi ‘tukang ojek’ buat isteriku yang hendak berangkat kerja. “Pa, anter dulu yu ke bidan. Pengen periksa nih.”

Sebagai tukang ojek yang baik hati, aku anter istri dan Kafka (anak semata wayangku) ke Bidan Rohmah. Hampir 30 menit saya dan Kafka nunggu di motor. Sementara istri diperiksa bidan. Setelah diperiksa, isteriku memberi kabar. “Postif. Sudah lima minggu. Kafka bakal punya adik.”

Ya Allah, baru saja mendapat kabar tentang kematian kerabat dekatku. Kini aku mendapatkan kabar tentang kehamilan isteriku. Jarak kematian dan kehidupan ternyata tipis.

Terus terang aku pada saat itu masih bingung mengungkapkan perasaanku. Apakah harus bersedih karena kerabat dekatku meninggal dunia, atau harus bahagia dengan kabar kehamilan isteriku? (qizink)

Tentang Lelaki

13 Okt

lelaki jangan berdiam diri di rumah. harus berlayar jauh sebelum menemu dermaga tempat melempar sauh. disambut alang-alang, berteriak riang di labuhan.

lelaki harus menantang gelombang. belajar pada angin melajukan layar berkembang. l

lelaki tak takut cuaca yang mengingatkannya pada bintang di langit.

 

lelaki jangan berdiam diri di rumah. harus pergi ke dalam rimbanya kehidupan. disambut embun dan sejuknya dedaunan.

lelaki harus menantang sunyi. belajar pada hati yang bicara sendiri.

lelaki tak takut gelap yang mengingatkannya pada cahaya terang.

 

lelaki jangan berdiam diri di rumah…

 

Banten, 2008 

 

 

Ket :

alang-alang : Panggilan untuk anak pantai yang suka membantu nelayan menurunkan hasil tangkapan.

Perempuan Pembawa Pesan

7 Okt

siapakah perempuan itu

yang membawa pesan

di balik senyumnya

 

o, bibir yang tak berkata

tetap saja bermakna

 

siapakah perempuan itu

yang membawa pesan

di antara wangi rambutnya

 

o, cinta

bukan janji yang didamba

sebab rasa lebih bergelora

 

 

Banten, 2008

Pengumuman CPNS 2008 Kota Serang Ditunda

7 Okt

Warga yang hendak mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) harus kembali bersabar. Pasalnya, pengumumam pendaftaran seleksi CPNS yang semula akan diumumkan hari Selasa (7/10) ini ditunda hingga pertengahan bulan Oktober mendatang.

“Pengumumannya diperkirakan nanti pada 14 Oktober,” terang Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Serang Akhmad Benbela, Senin (6/10).

Penyebab penundaan, kata Benbela, antara lain karena belum ada kejelasan persyaratan untuk masing-masing formasi CPNS. Mekanisme perekrutan juga masih dibahas di Pemprov Banten. “Seleksi CPNS ini akan dilakukan serentak di seluruh kabupaten/kota di Banten. Penundaan pengumuman ini tak hanya di Kota Serang, tapi di seluruh kabupaten/kota se-Banten,” ujarnya.

Ia menjelaskan, penundaan ini juga karena belum adanya payung hukum untuk penggunaan anggaran sebab APBD Perubahan Kota Serang tahun 2008 belum disahkan. “APBD Perubahan masih menunggu evaluasi dari Gubernur,” ujarnya.

Penjabat Walikota Serang Asmudji HW membenarkan penundaan pengumuman CPNS 2008. “Anggaran untuk seleksi CPNS ini sudah dialokasikan, tapi perlu payung hukum untuk mengeluarkannya yakni setelah APBD Perubahan dievaluasi,” ujarnya.

Diinformasikan, pada tahun pertama penerimaan CPNS ini, Kota Serang mendapatkan kuota sebanyak 497 pegawai yang seluruhnya dialokasikan untuk pelamar umum. (qizink)

Berita Terkait

* Penerimaan CPNS 2008 di Kota Serang Akhir Agustus

* Kuota CPNS Banten 2008

* Ratusan Warga Kirim Lamaran CPNS

* Seleksi CPNS Dilakukan Serentak

* Pemkot Serang Minta Kuota CPNS 700 Pegawai

 

Mengerjakan PR dari Pak Guru

24 Sep

Beberapa hari lalu saya mendapatkan pe er dari Pak Guru Sawali. Sebetulnya menjelang lebaran ini saya lagi males buat posting, apalagi untuk mengerjakan pe er (di sini sudah libur sekolah Pak Guru). Untungnya Pak Guru sangat baik hati tak memberikan batas waktu buat saya untuk membalas tugas ini. Sehingga saya bisa santai saja dalam mengerjakannya.

  Dan pada hari ini saya baru berkesempatan untuk mengerjakan pe er ini. Pengerjaan pe er ini dengan beberapa pertimbangan, yakni menuruti perintah Pak Guru (konon mengabdi pada guru sama dengan mengabdi pada orangtua), jam deadline masih lama, dan komputer kantor lagi mlompong… hahaha..

Tugas dari Pak Guru sebenarnya sederhana. Saya diminta untuk menjelaskan lima hal yang disukai, lima hal yang tak disukai, serta melemparkan kembali tugas ini kepada 10 blogger lainnya. 

Lima Hal Yang Aku Sukai

1. Pulang Kerja

Hal yang paling saya sukai adalah saat pulang kerja, karea saya terbebas dengan beban kerja yang sangat menjemukan. Apalagi saat pulang ke rumah anak belum tidur sehingga masih berkesempatan becanda.

2. Membaca

Sehari nggak baca kayaknya kurang afdhol buat saya. Pagi-pagi minimal harus baca 5 macem koran, karena untuk bahan proyeksi. Malam sebelum tidur juga minimal baca dua halaman buku untuk mengantarkan saya agar lekas tidur.

3. Menulis

Menulis bukan saja menjadi kesukaan tapi bagi saya sudah menjadi modal penghidupan.

4. Malam Hari

Saya paling suka dengan suasana malam, karena terasa lebih tenang dan santai.

5. Rabeg dan Sate Bebek

Dua jenis makanan khas daerah Banten ini merupakan dua jenis makanan yang paling saya sukai, karena rasanya yang guru dan maknyos.

 

Lima Hal Yang Kubenci

1. KERAMAIAN

Saya paling nggak suka dengan suasana ramai, macam di pasar, konser, dsb. Sepulang dari keramaian, dipastikan saya akan sakit kepala hingga harus minum obat dan tidur!

2. Potong Rambut

Sejak masih duduk di SD sampe sekarang saya paling malas datang ke salon, tukang cukur, pemangkas rambut, dsb. Saya inget betul sepanjang hidup saya hanya lima kali datang ke tempat pangkas rambut resmi, yakni saat hendak sunat, mau OSPEK kuliah, mau kuliah, mau lamaran nikah, dan bareng cukuran dengan anak.

Selebihnya saya memasrahkan rambut saya dipotong guru (dulu istilahnya dicoak) karena sebel liat muridnya gondrong, dipotong ortu saat lagi tidur.

3. Tak Disiplin Waktu

Saya paling bete dengan orang yang gak disiplin dengan waktu, karena itu membuat saya suka mangkel menunggu!

4. Sarapan

Saya paling males jika disuruh makan antara pukul 06.00-08.00, karena biasanya saya akan muntah. pada jam segitu saya hanya memilih air putih atau teh manis dengan rokok.

5. Diajak Belanja

Saya paling males diajak keliling mal, supermarket untuk berbelanja. Apalagi jika dengan proses tawar menawar dan memilih barang yang memakan waktu lama.

 

Setelah mengungkapkan 5 aib saya tersebut, maka izinkan saya melempar tag ini kepada 10 bloger lainnya. Saya mohon maaf kepada para kawan yang tersebut dalam daftar pewaris tugas ini, karena akan direpoti tugas. Tapi saya tegaskan, tugas ini hukumnya tak wajib. Jadi kalo memang tak mau mengerjakannya, ya abaikan saja. Saya juga mohon maaf kepada para rekan yang tak disebut dalam daftar, bukan berarti karena saya tak percaya anda akan sanggup mengerjakannya. Ini karea lebih aturannya yang membolehkan saya melemparnya kepada 10 blogger. Inilah nama pewaris tag dari saya :

  1. AngelNdutz
  2. achoey sang khilaf
  3.  wi3nd
  4. yessymuchtar
  5. langitjiwa
  6. Donny Verdian
  7. suhadinet
  8. Rindu
  9. aRuL
  10. kucingkeren

      

 

 

Hujan

21 Sep

selepas senja

hujan tak juga mereda

angin semakin membadai

menampari jiwamu yang sunyi

“apakah air mata bisa menjadi permata”

 

di matamu

kulihat hujan menganak sungai

mengantar matahari menutup pintu jendela

“jejak di tanah belum juga punah”

 

Banten, 2008

Pagina Kosong (Salute To Sutardji)

16 Sep

Ramadhan : Bulan Penuh Razia

14 Sep

Sepanjang puasa ini, aku banyak dicekoki oleh aktvitas yang membosankan yakni RAZIA di mana-mana. Saking banyaknya razia, maka saya kadang becanda dengan teman-teman bahwa Ramadhan buka saja bulan yang penuh berkah tapi juga bulan penuh razia. Razia ini sudah berlangsung sejak awal-awal puasa. Di Banten misalnya, Rumah makan disatroni anggota Satpol PP dan menangkap dua PNS yang sedang asyik santap siang. Tak hanya rumah makan, polisi juga ikutan merazia pedagang petasan (walaupun kembang api juga ikut diamankan). Untuk menjaga ketertiban, PKL juga ikut dirazia. Bahkan sebuah papan iklan untuk memperpanjang alat vital juga ikut diturunkan. Pedagang kaki lima (PKL) juga harus was-was hampir setiap hari petugas tampak siaga merazia, apalagi yang jual VCD porno!

Petugas dinas kesehatan (Dinkes) merazia mall untuk memastikan parcel atau produk yang dijual tak kedaluwarsa. Dinas Pertanian dan Peternakan ikutan razia pasar untuk memastikan daging yang dijual bukan daging glonggongan atau ayam tiren. Dinas Perindustrian juga makin rajin datang ke pasar untuk memastikan harga stabil.

Polres juga ikut merazia sejumlah penari erotis dari beberapa tempat hiburan malam. Warung penjual miras juga ikut kena razia. Para penjudi juga nggak berkutik, tempatnya bermain judi banyak yang digerebek polisi saat puasa.

Razia ini tak hanya dilakukan oleh aparat berwenang. Organisasi massa juga ikutan melakukan sweeping rumah makan yang buka pada siang hari pada bulan Ramadhan dan tempat hiburan malam. Semua berbondong-bondong untuk melakukan razia!

Satu sisi, banyaknya razia itu perlu mendapat respon positif. Aparat keamanan ternyata cukup tegas dalam memberantas penyakit masyarakat. Namun pertanyaannya, mengapa razia itu hanya gencar dilakukan pada saat Ramadhan. Apakah razia semacam ini semacam rutinitas untuk menunjukan bahwa Ramadhan adalah bulan suci, sementara 11 bulan lainnya adalah bulan biasa. Sehingga penyakit mayarakat masih ditolerir.

Sangat disayangkan kalo razia ini hanya gencar dilakukan saat puasa, sementara pada 11 bulan lainnya nyaris tak tersentuh…. maka kepada aparat keamanan… rajin-rajinlah merazia yang memang patut dirazia tak hanya pada saat puasa! (*)

Di Balik ‘bulan sealis di matamu’

12 Sep

Sebenarnya sore ini aku lagi males buat ngepost. Niatnya cuma mau blogwalking sambil balesin komment. Tapi setelah liat komment di haiku berjudul ‘Awal Puasa’ yang kupost beberapa waktu lalu, aku jadi pengen nulis terutama buat nanggapi banyaknya komentar yang ‘nggak ngeh’, ‘nggak ngerti’, ‘nggak mudheng’ dengan haiku yang berisi sebaris kalimat berbunyi ‘bulan sealis di matamu’ itu.

Tentu saja, tulisan ini tak bermaksud mengajak pembaca untuk memahami apa yang aku tuliskan. Ketika karya itu sudah aku lahirkan, maka aku memberikan kebebasan kepada pembaca untuk mengapresiasinya. Bagiku ketidakmengertian pembaca akan karya yang aku lahirkan juga sebuah apresiasi. Aku tak punya hak untuk memonopoli pemahaman apresiator. Makanya tak aneh kemudian ada komentar dari Mas Daniel Mahendra yang dalam komentanya ingat dengan Penyair Besar (Maksudnya Sitor Situmorang yang menulis puisi berjudul Malam Lebaran dengan sebaris kalimat ‘bulan di atas kuburan’). Atau tafsir Wi3nd yang menganggap puisi ini sebuah harapan saya tentang puasa. Semua tafsir itu sah saja. Termasuk bagi yang punya tafsir nggak ngarti tadi.

Lha postingan ini terus untuk apa? Postingan ini hanya untuk menceritakan bagaimana haiku itu terlahirkan. Begini kisahnya (pake gaya pendongeng):

Pada malam awal puasa sepulang kerja, aku tiduran di bale-bale bambu depan rumah sambil ngisep rokok. Ngehayal sambli istirahat. Saat itulah, Kafka, anak semata wayangku yang baru berumur 2 tahun 3 bulan ngajak maen. Anakku ini seneng kalo maen di luar rumah pada malam hari. Apalagi kalao denger pesawat lewat. Dia suka nyeletuk, “Pilotnya koq nggak bobo.”

Bermain di luar rumah juga memberikan aku kesempatan kepada Kafka untuk memperkenalkan benda semesta, seperti bulan, bintang, awan, dsb. Kafka suka dengan bulan. Dianggapnya bulan adalah rumahnya pilot. 😀

Pada saat maen dengan Kafka itu, tiba-tiba aku melihat sebuah bintang jatuh. Aku langsung teriak, agar Kafka juga melihatnya. Namun saat nengok, bintang jatuh sudah tak terlihat. Kafka malah melihat ke atas, ke bulan tanggal pertama ramadhan. “Pa, bulannya koq kecil”.

Pada awal puasa, tentu saja bulan sangat kecil (bulan sabit). Aku juga ikut memerhatikan bulan yang dikomentari kafka. Aku melihat bulan sabit pada saat itu sangat indah. Bulan sabit itu lalu aku banding-bandingkan bentuknya dengan alis. Aha… akhirnya aku mendapatkan sebuah diksi ‘bulan sealis di matamu’. Bulan yang mengagumkan di mata anakku Kafka.

Selama beberapa hari, kalimat itu mengendap dalam otakku. Aku juga sering menggumamkannya saat menaiki motor. Aku sudah bertekad kalo kalimat itu harus menjadi sebuah puisi. Namun apa daya, setelah berulangkali memeras otak, aku tak juga menemukan kalimat untuk melanjutkannya. Aku hanya mampu menuliskan sebaris kalimat itu.

Begitulah proses lahirnya ‘Awal Puasa’….. (qizink)

Lailatul Qodr

11 Sep

Lailatul Qodr

Inilah malam yang Tuhan janjikan
Lebih bermakna seribu bulan

bulir-bulir putih, memilih insan putih hati. Yang
mengerti langkah tak sepanjang sajadah.

Di langit,
kerlip bintang berganti riang
iringi Jibril turun ke bumi.

Angin basa enggan berhembus
Mengheningkan malam hening
hingga fajar tiba

Anyer, 07 Des 01

 

Tulisan di atas adalah karya lawas tahun 2001 yang mengendap di tumpukan buku catatan. Naskah itu kemudian aku kirimkan ke Annida menjelang penghujung 2004 dan baru bisa nongol di Annida pada Januari 2005.

Awal Puasa

8 Sep

 

bulan sealis di matamu

 

 

Banten, 2008

Duta Pembangunan Daerah

9 Des

Gambar

Seandainya saya menjadi Anggota DPD RI saya bertekad bisa menjadi Duta Pembangunan Daerah. Saya akan memanfaatkan kedudukan saya untuk mempromosikan potensi daerah pemilihan (dapil) saya ke pemerintah pusat atau swasta agar bisa dikelola demi kesejahteraan rakyat.
Saya juga akan memperjuangkan agar permasalahan di dapil saya bisa terselesaikan, terutama masalah kebutuhan dasar rakyat, misalnya tentang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Untuk memperjuangkan hal ini, saya akan duduk bersama dengan anggota DPR yang memiliki hak budgeting, terutama anggota DPR dari dapil yang sama dengan saya agar bisa bergandeng tangan memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah.
Keberadaan rumah aspirasi akan saya optimalkan untuk benar-benar menjadi sumber inspirasi dan informasi bagi saya untuk memperjuangkan harapan masyarakat. Rumah aspirasi bagi Anggota DPD RI bisa menjadi ‘halte’ bagi rakyat untuk menghantarkan suaranya agar didengar pemerintah pusat. Dengan demikian, rakyat di daerah tak perlu semakin bersusah payah datang ke pusat berunjukrasa ke pusat karena suara mereka sudah didengar dan akan diperjuangkan oleh orang-orang yang telah diberinya kepercayaan.

Tekad ini saya lakukan karena Anggota DPD RI adalah pemegang amanat rakyat untuk mewakili daerahnya agar bisa lebih baik. Saya duduk atas nama pribadi yang diberi kepercayaan oleh rakyat untuk menyuarakan aspirasi mereka. Dan saya berkeyakinan, kebahagian saya terletak pada kebahagian orang lain dan bukankah sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Sebagai anggota DPD RI tentu saya akan berbahagia bila rakyat yang telah memberi saya kepercayaan juga bisa berbahagia. Dan saya akan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan saya itu dengan cara menjadi Duta Pembangunan Daerah – yang disingkat juga menjadi DPD-.

Dongeng Jawara

13 Jan

I. CARA MENGHIDUPKAN AC

Di tengah hiruk-pikuk pemilihan presiden, Abah Sobled malah memilih berangkat umroh ke tanah suci. Uang ganti rugi dari tanah gusuran untuk waduk di Banten Selatan dipakainya untuk mengajak kerabatnya untuk umroh.
Setelah sampai di Bandara King Abdul Aziz, Abah Sobled menyewa sebuah bus dari jasa travel untuk mengangkut dirinya dan keluarganya menuju penginapan.
Saat itu, cuaca di tanah suci sangat terik sekali. Panas begitu menyengat. Sialnya lagi, AC dalam bus itu mati alias tak berfungsi. Alhasil, dalam bus itu keluarga Abah Sobled menjadi resah karena kegerahan. Untuk meminta tolong sopir atau petugas travel yang asli Arab, keluarga Abah Sobled tak berani karena tak bisa berbahasa Arab. Sehingga keluarga Abah hanya bisa sewot di dalam bus.
Di tengah kondisi seperti ini, Abah Sobled yang duduk di bagian belakang langsung berdiri untuk menghampiri si petugas travle. Lalu dengan percaya diri, Abah berkata kepada petugas travel itu. “Hey, Acena Innalillahi Wa Inna Illaihi Rojiun,” ucap Abah polos sambil tangannya menunjuk AC yang padam.
Petugas travel mengangguk-angguk sambil nyengir. (qizink)

 

II. MINTA DISEBUT NAMANYA

Abah Sobled sudah jenuh di Jakarta. Walau belum mendapatkan ‘OVEN’ yang dipesan isterinya Pak Camat, Abah memilih untuk pulang kampung.
Karena tidak mau ketinggalan kereta lagi, Abah Sobled memilih menaiki bus. Ini juga pengalaman pertama bagi Abah dalam menaiki bus kota.
“Thamrin… Thamrin…” teriak kondektur bus.
Beberapa penumpang turun. Bus melaju kembali. Kondektur kembali berteriak, “Sudirman… Sudirman…”
Beberapa penumpang kembali turun. Bus kembali melaju. Beberapa saat kemudian, kondektur kembali teriak. “Dewi Sartika… Dewi Sartika….”
Penumpang kembali turun.
Setelah beberapa saat bus melaju, penumpang bus kini tinggal Abah Sobled. Bus terus berputar-putar di dalam kota. Namun Abah belum juga turun dari bus. Abah merasa kesal karena sudah cukup lama duduk di dalam bus. Abah mendatangi kondektur. “Ti tadi nu disebut teh ngaran Sudirman, Thamrin, Dewi Sartika wae . Abah geh hayang turun blegug. Iraha ngaran Abah disebut…(Dari tadi yang disebut nama Sudirman, Thamrin, Dewi Sarta. Abah ingin turun. Kapan nama abah disebut) !!!”
Mata Abah melotot. Kondektur bus melongo. (qizink)

 

III. MEMBELI OPEN

Sesampainya di Jakarta, Abah Sobled teringat pesan isteri Pak Camat yang meminta dibelikan oven. Abah Sobled tentu saja kebingungan, karena dia belum tahu bentuk oven. Yang ia tahu, berdasarkan penjelasan isteri Pak Camat, oven merupakan perkakas untuk memanggang kue.
Abah Sobled berjalan menyusuri Jakarta untuk mencari barang pesanan isteri Pak Camat. Di tengah perjalanan, Abah Sobled melihat tempat penukaran uang atau money changer yang di kaca pintunya tergantung sebuah tulisan ‘OPEN’. Karena logat orang sekitar Banten Selatan yang sulit membedakan aksen ‘V’, ‘F’, dan ‘P’, maka Abah Sobled berpikiran bahwa ‘OPEN’ sama dengan ‘OVEN’. Namun Abah Sobled bingung bagaimana cara membelinya. Abah Sobled pun hanya mematung di depan pintu masuk tempat penukaran uang tersebut.
Di tengah kebingungannya, tiba-tiba ada orang China yang hendak masuk ke tempat penukaran. Melihat ada orang yang hendak masuk, Abah langsung mencegahnya.
“Tong asup (jangan masuk-red), bahaya!” teriak Abah Sobled.
Namun larangan itu tak diindahkan. Si China itu tetap masuk ke dalam tempat penukaran uang. Abah Sobled pun kembali berdiri mematung di depan pintu masuk.
Tak lama berselang, dari dalam tempat penukaran uang itu keluar turis asal Afrika. Melihat orang kulit hitam, Abah Sobled menghampirinya. Abah mengira turis Afrika yang berkulit legam itu adalah sama dengan Si China tadi.
“Ceuk aing geh ceuk aing, tong asup. Tah jadi tutung sia asup ka open. (kata saya juga apa, jangan masuk. jadi gosong kamu masuk ke open!”
Si negro hanya melongo! (qizink)

 

IV. DENDAM PADA KERETA

Supaya tidak asing dengan dunia luar, Pak Camat menyuruh Abah Sobled untuk datang ke kota.
Pagi-pagi sekali, Abah Sobled berjalan kaki menuju stasiun Rangkasbitung. Sesampainya di stasiun, Abah langsung membeli tiket untuk jurusan ke Jakarta. Berdasarkan jadwal, sekitar 30 menit lagi kereta baru akan tiba.
Namun setelah ditunggu satu jam… dua jam… kereta juga tak datang. Sampai karena saking lelah dan kesalnya, Abah Sobled akhirnya tertidur lelap. Saat bangun, Abah mendapatkan informasi dari petugas stasiun bahwa kereta yang ditunggunya sudah lewat. Abah Sobled kesal. Tiket yang dipegangnya langsung dirobek.
Esok harinya, Abah datang kembali ke stasiun setelah melalui perjalanan panjang dari kampungnya. Membeli tiket seperti kemarin. Berdasarkan jadwal di tiket, kereta akan tiba 30 menit lagi.
Abah sabar menunggu… 30 menit… 1 jam… 2 jam. Rasa kantuk ditahannya. Saat hampir tiga jam menanti, kereta yang ditunggu Abah pun datang dan berhenti tepat di depan Abah.
Setelah berhenti, Abah segera bangkit dari tempat duduknya. Dan dalam sekejap, Abah lari sekencang-kencangnya di jalur rel kereta api arah Jakarta. Petugas stasiun yang melihat langsung mengejar Abah. Aksi kejar-kejaran antara Abah dan petugas stasiun pun terjadi di sepanjang rel Rangkasbitung – Jakarta. Setelah lebih dari 10 KM berlari, petugas stasiun akhirnya berhasil menyusul Abah.
“Abah kenapa lari?” tanya petugas dengan nafas ngos-ngosong.
“Abah dendam. Kemarin Abah ditinggalin kereta. Sekarang Abah yang ninggalin kereta,” sahut Abah polos. (qizink)

 

V.TINGGI ATAU PANJANG

Rombongan pejabat tinggi dari pemerintah pusat akan datang ke sebuah perkampungan di wilayah Banten Selatan. Untuk menyambut para pejabat tinggi ini, Pak Camat menginstruksikan kepada warganya, terutama yang rumahnya di tepi jalan agar memasang bendera sebagai tanda penghormatan.
Dan untuk memastikan bahwa warganya telah mematuhinya, Pak Camat pun keliling daerah. Pak Camat yang lulusan perguruan tinggi ternama itu tersenyum sumringah saat melihat hampir semua warganya memasang bendera. Namun tiba-tiba bola mata Pak Camat mendelik, saat melihat tiang bendera di depan rumah Abah Sobled masih terlihat kosong. Tak ada bendera yang berkibar di tiang bendera milik Abah yang terkenal sebagai jawara kampung ini.
Pak Camat bergegas turun dari mobil Kijangnya dengan dikawal dua ajudannya untuk mencari Abah Sobled. Kebetulan sekali pada saat itu, Abah Sobled sedang ada di rumah.
“Kenapa Abah tidak memasang bendera,” cerocos Pak Camat tanpa basa-basi.
“Susah masangnya, Pak Camat. Tali kerekan tiang benderanya sudah putus,” sahut Abah santai.
“Pasang lagi saja talinya,” saran Pak Camat.
“Susah masang talinya. Tiangnya kan tinggi. Besinya kecil. Saya tidak bisa naik sampai atas.”
“Abah nih banyak alasan. Tiang benderanya Abah copot dulu. Terus Abah ukur tingginya. Kan gampang. Makanya dulu Abah tuh sekolah, biar pinter!!!” suara Pak Camat ketus.
“Kalau tiangnya dicopot dulu, itu sih bukan ngukur tinggi, tapi ngukur panjang. Iya kan…?” balas Abah Sobled.
“grrrhh…”
Pak Camat hanya menghela nafas. Dalam hati Pak Camat membenarkan pernyataan Abah Sobled.
Pak Camat lalu meninggalkan Abah Sobled yang memandanginya dengan tatapan kosong. (qizink)