Tag Archives: Media

[Kelas Menulis #3] Melawan Kebuntuan

12 Agu

Pernah menulis sebuah naskah (cerpen atau opini) tapi tak terselesaikan?

Itu pasti seringkali dialami oleh siapa pun. Tiba-tiba saja otak kita menjadi buntu untuk melanjutkan naskah yang sedang kita garap. Padahal sebelum menulis, ide di otak seakan sudah menumpuk dan siap ditumpahkan. Tapi ketika di depan kertas atau di depan komputer, ide yang sudah lama mengendap itu tak juga tertuang dalam tulisan.

Kebuntuan dalam membuat karya tulis hal yang wajar, tapi itu harus dilawan!

Sekali lagi saya ingatkan, tips dalam Kelas Menulis ini hanya pengalaman pribadi. Mau diikuti terserah, nggak diikuti juga gak papa….

Nah berikut adalah cara melawan kebuntuan dalam menulis. …>> Baca lebih lanjut

[Kelas Menulis #2 ] Agar Tulisan Diterima Media

9 Agu

Dalam beberapa pelatihan kepenulisan, seringkali saya mendapat pertanyaan bagaiamana sih agar tulisan bisa diterima media massa (koran atau majalah). Tips yang saya berikan ini mungkin tak ilmiah. Saya menulisnya hanya berdasarkan pengalaman saya baik saat saya mengirimkan karya saya ke media atau ketika saya masih memegang rubrik Budaya dan rubrik Wacana Publik di Radar Banten.

Begini tips nya….. eng… ing… eng

1. Ikutin Aturan Kepenulisan di Media Massa

Sejumlah media massa kerap membuat aturan bagi sebuah karya (cerpen atau opini) yang hendak dimuatnya, misalnya tentang banyaknya karakter. Kalau di media itu menyaratkan tulisan maksimal 5.000 karakter, maka jangan mengirimkan naskah yang punya karakter sampai di atas 10 ribu karakter. Penanggung jawab halam media massa masih bisa memaklumi kalau kelebihannya hanya sekitar 10 persen dari ketentuan. Media (khususnya) biasa sudah punya space (kolom) yang sudah ada ukurannya masing-masing. Dan ini harus disadari penulis.

2. Tulisan Harus Rapi

Buatlah tulisan serapi mungkin. Tulisan yang acak-acakan, akan membuat redaktur halaman malas membaca tulisan tersebut. Sayangkan kalau ide kamu yang bagus, tak sempat dibaca gara-gara tulisannya acak-acakan. Bila mengirimkan naskah ke media yang saklek menggunakan EYD, ya bikin tulisan dengan mematuhi EYD. Kalau buat majalah yang menggunakan EYDA (Ejaan Yang Diacak-acak alias pake bahasa gaul), ya gunakan bahasa media tersebut.

3. Sadar Media

Mengirimkan naskah harus sadar alias tahu betul tentang bagaimana media tersebut. Kalau kita mengirimkan naskah yang penuh adegan percintaan ke majalah religius, tentu bakal ditolaknya. Begitu juga ketika kita mengirimkan karya kita yang serius banget ke majalah anak-anak. Jadi lihat pangsa pasar media, bahasa media, gaya penulisan di media tersebut, de el el. Untuk sadar media ini, maka kita kudu rajin-rajin baca media.

4. Jangan Menyerah

Jangan patah semangat ketika tulisan kita nggak dimuat. Bersabarlah. Banyak cerita penulis-penulis yang harus menunggu bertahun-tahun sampai tulisannya diterima media massa. Kalau satu tulisan kita tak dimuat, kirimkan lagi tulisan lainnya. Percayalah, suatu saat akan ada karya kita yang akhirnya muncul. Adakalanya redaktur tak menurunkan karya yang sebetulnya bagus hanya karena alasan-alasan yang sebenarnya unik. Saya pernah tak menurunkan naskah cerpen milik pelajar SMA yang sebetulnya menurut penilaian subjektif saya sudah bagus. Saya tak menurunkannya karena selama satu bulan, pelajar itu baru mengirimkan satu naskah. Saya khawatir, itu hanya satu-satunya naskah yang ia miliki. Saya ingin dia kreatif dan terus berkarya dengan mengirimkan naskahnya. Jangan baru cuma punya satu naskah langsung sesumbar sebagai cerpenis!

5. Silaturahmi Media

Naskah yang telah dikirimkan ke media, jangan didiamkan. Harus dipantau. Bila udah satu bulan lebih tak ada kepastian apakah karya bakal diturunkan atau tidak, tanyalah ke redaksinya, baik lewat telepon atau faksimile. Syukur-syukur kalau mau juga minta penjelasan di mana kekurangannya kalau tulisan kita tak layak muat. Silaturahmi sambil belajar.

6. Pilih Tema yang HOT!

Redaksi suka karya yang mengangkat tema-tema yang lagi tren di masyarakat. Kalau saat ini lagi tren Olimpiade Beijing jangan malah nulis tentang MTQ yang sudah jauh berlalu. Bisa saja sih kita menulis dengan membuat tema baru, tapi itu butuh pendalaman agar tema yang kita angkat bisa diterima!

Untuk sementara ini saja tips dari saya. Sorry kalau tulisan saya ini tak terstruktur. Ini hanya pengalaman saya saja! Buat temen-temen yang punya pengalaman lain, silahkan tambahkan! (qizink)

 

Sumber gambar : http://www.write-art.org

 

 

Menulis Berita Yuk!

26 Jun

 

Hari ini saya liputan dibuntuti seorang mahasiswa semester IV jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dari IAIN SMH Banten. Ia sedang magang kegiatan jurnalistik dari kampusnya. Sehari dia mengikuti saya (kecuali ke toilet). Banyak hal yang ia tanyakan tentang jurnalistik pada saya. Ada yang bisa saya jawab, ada juga yang nggak.

Kehadiran mahasiswa ini ternyata juga memberi motivasi buat saya untuk menulis sekelumit tentang menulis berita. Tulisan ini, tentu saja hanya buat orang-orang yang baru mulai menulis berita. Bagi yang sudah jago… nggak usah dibaca juga nggak papa koq tulisan ini :

 

tapi yang berminat anjut baca ya!!! Baca lebih lanjut

Biaya Pendidikan Bermasalah

11 Jun

 

 

Biaya pendidikan yang digelontorkan ke sekolah, baik yang dari pemerintah pusat maupun daerah rentan masalah. Pusat Telaah Informasi Regional (Pattiro) Serang dalam penelitiannya menemukan sejumlah permasalahan dalam tujuh biaya pendidikan yang disalurkan ke sekolah, yakni dana alokasi khusus (DAK), dana dekonsentrasi, block grant, rehab sekolah dari APBD, bantuan operasional (BOS), BOS Buku, dan BOS Pendamping.

 

Citra Haryati, Tim Survey Pattiro, menyebutkan masalah umum yang dialami di antaranya ketidaksesuaian alokasi dengan kebutuhan utama sekolah dan ada kebocoran dalam alokasi. “Karena banyaknya proposal pengajuan sementara anggaran terbatas, maka muncul lobi proposal dan uang terima kasih pada saat pengalokasian. Masalah ini banyak ditemukan untuk biaya pendidikan jenis investasi, misalnya untuk rehab sekolah,” terang Citra, pada seminar daerah bertajuk ‘Efektivitas dan Akuntabilitas Pembiayaan Pelayanan Pendidikan’, di Hotel Le Dian, Selasa (10/6).

Citra menambahkan, dari sisi penyaluran, permasalahan yang sering muncul adalah masalah keterlambatan penyaluran, penyimpangan dari aturan, dan kebocoran anggaran. Sementara dari sisi penggunaan, lanjut Citra, ditemukan potongan dana di luar aturan, belanja yang tak sesuai peruntukan, dan ketidakwajaran hasil belanja dibandingkan harga yang dikeluarkan. “Potongan dana di luar aturan kita temukan karena ada oknum-oknum yang meminta jatah. Bahkan jumlahnya ada yang fantastis, misalnya kita temukan sampai Rp 800 ribu,” ujarnya.

Dari sisi pelaporan, Pattiro juga menemukan sejumlah permasalahan. Citra mengungkapkan, hampir 80 persen laporan biaya pendidikan tidak sesuai dengan belanja sebenarnya, rendahnya transparansi di tingkat internal, hingga muncul kebocoran anggaran pada saat pelaporan. “Dalam pelaporan kita sampai menemukan sekolah yang memiliki lebih dari dua macam laporan untuk satu kegiatan,” ungkapnya.

Menyikapi kondisi ini, Citra menegaskan, masalah anggaran pendidikan tidak hanya pada besarannya saja tapi pada efektivitas dan akuntabilitas penggunaannya. “Pemenuhan anggaran 20 persen memang penting, tapi kita melihat seberapa efektifkah penggunaan anggaran. Karena anggaran yang besar tidak menjamin kualitas,” ujarnya.

Diinformasikan, penelitian ini dilakukan Pattiro dengan menggunakan metode multiple random sampling dengan jumlah sampel 20 sekolah di Kabupaten/Kota Serang, sejak Februari hingga Juni 2008. Metode pengambilan data menggunakan kuisioner dan wawancara mendalam.

Sementara itu, Anwar Arifin, anggota Komisi X DPR RI menyebutkan, dana pendidikan pada APBN 2007 sudah mencapai Rp 145,9 triliun atau sekitar 19,1 persen dari total APBN. “Namun perlu dicatat, Depdiknas dan Depag belum memiliki program jelas, tepat sasaran, dan tepat waktu dalam penggunaan anggaran. Makanya DPR, Bappenas, dan Departemen Keuangan belum bersemangat untuk mengalokasikan anggaran pendidikan yang lebih besar lagi,” ungkapnya. (qizink)

 

 

Masalah Biaya Pendidikan

 

  1. Ketidaksesuaian Alokasi dengan Kebutuhan Sekolah
  2. Kebocoran Anggaran
  3. Keterlambatan Penyaluran
  4. Penyimpangan Aturan
  5. Potongan di Luar Aturan
  6. Belanja tak Sesuai Peruntukan
  7. Ketidakwajaran Hasil Belanja
  8. Laporan Biaya tak Sesuai

 Sumber: Pattiro Serang

 

Dana BLT Warga Dipotong

7 Jun

SERANG – Kekhawatiran bakal adanya pemotongan dana bantuan langsung tunai (BLT) kembali terjadi. Sejumlah warga penerima dana kompensasi kenaikan harga BBM mengaku, dana yang diterimanya tak utuh.

Irwan Setiawan, warga Lontar Kidul Rt 03/RW 03, Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan/Kota Serang mengaku, uang yang diterimanya sebesar Rp 300 ribu harus dipotong sebesar Rp 20 ribu oleh petugas RT setempat. Dikatakan, rencana pemotongan ini diterimanya saat dirinya menerima kartu BLT dari RT, pada Jumat (6/6) lalu. “Setelah uang diterima, saya harus menyerahkan kepada RT sebesar Rp 20 ribu,” terang Irwan, saat ditemui selepas mencairkan dana BLT di Kantor Pos Cabang Serang, Sabtu (7/6).

Dana yang dipotong tersebut, kata Irwan, untuk diberikan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) di lingkungannya yang tak mendapatkan BLT. “Tahun lalu, pemotongannya Rp 100 ribu,” ungkapnya, seraya menyebutkan jumlah RT di lingkungannya yang mendapat BLT sebanyak 9 RTM.

Yayat, warga RT 02/03, Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan/Kota Serang, bernasib lebih baik. Uang yang diterimanya tanpa diminta untuk dipotong sama sekali. “RT nggak minta. Tapi tetap saja, jumlahnya masih kurang kalau buat kebutuhan sehar-hari,” ujarnya.

Camat Serang Anis S Salam terkejut saat mendapatkan informasi tentang adanya pemotongan ini. Pria yang ditemui saat memantau pencairan BLT di Kantor Pos Cabang Serang ini mengaku, dirinya sudah menginstruksikan kepada aparatur di bawahnya untuk tidak melakukan pemotongan dengan alasan apa pun. “Sesuai dengan instruksi Pak Wali (Penjabat Walikota Serang Asmudji HW,red) tidak boleh ada potongan apa pun. Saya nanti akan langsung cek informasi ini,” tegasnya.

Anis mengatakan, pemberian bantuan kepada RTM yang belum mendapatkan jatah BLT sah-sah saja dilakukan oleh penerima BLT. Kendati demikian, pemberian tersebut tidak boleh dikoordinir dan dibatasi jumlahnya. “Kalau ikhlas dan tidak dipatok, sah-sah saja. Dan yang penting tidak dikoordinir,” ujarnya.

Secara umum pencairan dana BLT di Kantor Pos Serang berjalan lancer. Antrean yang terjadi di lokasi ini tak begitu pun. Sejumlah aparat keamanan, baik dari TNI/Polri juga tampak berjaga-jaga di tiga titik loket pencairan.

Yang menarik, sejumlah warga mencairkan dana untuk keluarga miskin ini datang dengan menaiki sejumlah kendaraan roda dua. Sehingga area parkir di kantor yang berada di perempatan Jalan Diponegoro tersebut terlihat penuh sesak. Bahkan ada beberapa warga yang antre mengambil BLT dengan mengenakan aksesoris barang berharga di tubuhnya dan menggunakan telepon genggam. “Ngembil BLT mah aje gawe handphone geh (Kalau mau mengambil dana BLT jangan bawa handphone,red),” sindir seorang warga kepada warga lainnya yang asyik menelepon dengan telepon genggamnya.

Agusdiyani, anggota Komisi II DPRD Kota Serang yang melakukan pemantauan di Kecamatan Curug tak menampik adanya warga berpenampilan kaya yang datang untuk mengambil BLT. “Kita juga mendapat laporan, orang-orang yang tidak masuk kategori miskin ternyata masih dapat BLT. Ini karena data yang digunakan adalah data 2005,” terangnya.

Sementara Ade Muchlas Syarief, anggota DPRD Banten dan bakal calon walikota Serang yang melakukan pemantauan di Kantor Pos Cabang Serang menegaskan, dana BLT ini tidak boleh menjadi program permanen pemerintah. “Kalau untuk sesaat, ini cukup untuk mengobati dampak kenaikan harga BBM,” ujar Ade yang didampingi Thoyib Fanani, Ketua Tim Pemenangan Ade Muchlas Syarief-Juheni M Rois.

Dikatakan Ade, untuk memperbaiki ekonomi masyarakat, pemerintah pusat harus membuat program lebih nyata dengan bersinergi dengan pemerintah daerah. “Kalau bantuan BLT ini permanen akan berbahaya bagi psikologi masyarakat yang akan ketergantungan pada bantuan pemerintah,” ujarnya.

Sementara itu, data Kantor Pos Cabang Serang menunjukkan, jumlah RTM penerima BLT untuk wilayah Kota Serang sebanyak 23.603. Jumlah ini tersebar, di Kecamatan Cipocok Jaya sebanyak 2.387 RTM, Kecamatan Serang sebanyak 6.341 RTM, Kecamatan Walantaka sebanyak 2.845 RTM, Kecamatan Kasemen sebanyak 7.385 RTM, Kecamatan Curug sebanyak 2.629 RTM, dan Kecamatan Taktakan sebanyak 2.016 RTM. Dari jumlah ini, sebanyak 366 RTM diusulkan diganti karena meninggal dunia tanpa ahli waris, pindah lokasi tempat tinggal, berkurang jumlah tanggungan keluarga, dan salah pengetikan nama. “Usulan penggantian ini sekitar 1 bulan. Sehingga penerima pengganti baru bisa mencairkan pada bulan depan,” terang Kiagus Muhammad Amran, Kepala Kantor Pos Cabang Serang. (qizink)

 

Ruki : Hujan Duit Lecehkan Warga Banten

3 Jun

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiqurrahman Ruki mengkritik cara promosi yang dilakukan motivator Tung Desem Waringin (TDW) dengan menyebar uang sebanyak Rp 100 juta dari pesawat, di sekitar Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Minggu (1/6) lalu. Tindakan itu dinilai melecehkan warga Serang khususnya dan Banten pada umumnya.
 Ruki, yang kini menjadi Komisaris Utama PT Krakatau Steel, menilai “hujan duit” adalah upaya mencari popularitas murahan dan refleksi dari kesombongan TDW yang luar biasa.
 “Kita akui masih banyak warga Banten yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tapi, tidak sepantasnya dilecehkan seperti itu. Kalau memang mau membantu warga Banten, kenapa tidak dengan cara lain? Sumbangkan saja langsung,” tutur pria kelahiran Desa Kumpay, Lebak ini.
 Sementara itu, Diki M Sidik, asisten TDW, mengatakan bahwa “hujan duit” adalah bagian dari praktik berpromosi yang kebetulan dibahas di buku TDW bertajuk Marketing Revolution yang akan direlease Agustus mendatang.
 “Ini bukan bentuk kesombongan TDW yang punya banyak uang. Sebab, TDW pun hingga kini masih sibuk mencari uang,” ujar Diki.
 Soal dipilihnya Serang sebagai tempat “hujan duit”, Diki menjelaskan hal ini tak direncanakan sebelumnya. Sebab, awalnya TDW akan menyebar uang di sekitar Monas, Jakarta. Karena tak diizinkan Kapolda Metro Jaya, “hujan duit” dipindahkan ke Serang.
 “Kami mohon maaf kepada masyarakat Serang dan Banten jika terganggu dengan apa yang baru saja kami lakukan. Tapi jujur saja, kami pilih Serang bukan karena di sana banyak warga miskin, hanya kebetulan saja. Sekali lagi mohon maaf, kami tidak bermaksud melecehkan warga Serang dan Banten,” ujarnya lagi. (say)

[Cerita Rakyat] Leher Paling Seksi

26 Mei

Tahukah Anda, siapakah yang punya leher paling seksi? Apakah Julia Robert, Tamara, Krisdayanti, atau artis lainnya…. ? hmmm… 🙂

Kalau aku sih punya penilaian sendiri, yang punya leher seksi adalah RAKYAT… ya R-A-K-Y-A-T… Ah, pasti Anda kira saya sedang becanda… Tidak, saya sedang tidak bercanda…. saya bersungguh-sungguh (walau tak bersumpah) bahwa leher rakyat itu seksi… buktinya leher rakyat selalu dianggap memikat oleh penguasa kita untuk dicekik, atau dihisap darahnya oleh ‘drakula’ penguasa… kapan saja, di mana saja, leher rakyat selalu nikmat untuk disantap sang penguasa….

Siapa sih RAKYAT?

Rakyat itu orang biasa. TITIK! Pekerjaannya aja cuma sederhana yaitu BERKORBAN. Dari jaman baheula hingga jaman ayeuna , rakyat hanya bertugas untuk berkorban. Di jaman penjajahan, rakyat berkorban mati-matian (hingga mati beneran) untuk mendapatkan kemerdekaan. Setelah merdeka, rakyat juga berkorban untuk pembangunan. Harta dan harga diri mereka sampai rela dikorbankan oleh pemerintah untuk pembangunan. saat ini, saat negara bangkrut karena APBN nggak empot-empotan menghadapi serangan tingginya harga minyak mentah, rela juga berkorban. Mereka rela subsidi BBM dikurangi, hingga harga BBM melambung tinggi. Mereka rela buat menyelamatkan kebangkrutan negara dengan pasrah membeli sembako yang semakin mahal.

Koq rakyat sih yang berkorban, kenapa tidak para pejabat yang sudah kaya raya??? Anak yang nggak lulus SD saja tahu kalau pejabat kita emang mau enaknya doang! Rakyat diminta berkorban untuk berhemat, sementara mereka menghambur-hamburkan uang. Mana mau mereka berkorban, misalnya tak lagi beli bahan bakar dengan dibiayai negara, tak lagi menjamu tamu berlebihan di hotel mewah, tak lagi dijamin dana tunjangan komunikasinya, tak lagi dijamin rumah dinasnya…..

mereka sudah sangat kelewatan, jadi jangan berharap pejabat kita itu akan berkorban… mereka itu sudah lupa diri, karena tak tahu bahwa status mereka itu adalah wakil RAKYAT atau abdi masyarakat yang seharusnya melayni masyarakat…. bukannya malah memaksa rakyat untuk terus berkorban….

Maaf, kepada para pejabat… ini hanya igauan saya! Anggap saja ini hanya cerita rakyat atau dongeng sebelum tidur saja… maklum saja leher saya tidak terlalu seksi dan kuat buat menahan pegal-pegal ini… sekarang saya mau tidur dulu peace deh ah! 😀 (qizink)

sumber gambar : http://www.ovationtv.com

 

Detik-Detik Kenaikan Harga BBM

24 Mei

Pemerintah pinter banget bikin penasaran, deg-degan, cemas, tegang, marah, dan kalang kabut. Tapi ada juga koq yang tersenyum (ini hanya dirasakan petinggi negara).

Jumat (23/5) Jam 09.30

Kantor memintaku memantau sejumlah SPBU di Kota Serang. Aku meluncur dengan motor bututku.

sejumlah warga kecewa saat premium di SPBU 34-42113, yang berlokasi di Jalan Sudirman, habis. Akibatnya, sejumlah pemilik kendaraan terpaksa harus membeli BBM jenis pertamax dengan harga hampir dua kali lipat dibandingkan harga premium.

Warga yang biasanya membeli premium dengan harga Rp 4.500/liter harus membeli pertamax dengan harga Rp 8.950/liter. “Terpaksa saya membeli pertamax, karena bensin di motor saya sudah tipis,” terang seorang pengemudi sepeda motor.

Askari, pengawas di SPBU setempat mengakui berkurangnya persediaan premium. Dikatakan, minimnya persediaan premium ini terjadi sejak mulai dikuranginya pengiriman bahan bakar dari Gerem, Cilegon. Dikatakan, bahan bakar premium yang biasanya dikirim sebanyak 32 kilo liter (kl) dikurangi menjadi separuhnya atau 16 kilo liter (kl) per hari. “Ini sudah terjadi sejak tiga hari lalu. Saya tidak tahu penyebabnya. Mungkin terkait rencana kenaikan,” ujarnya.

Tak jauh berbeda dialami warga di SPBU 34.42103 di Jalan  Yusuf Martadilaga, Serang. Selain sulit mendapatkan premium, warga juga kecewa karena harus dibatasi dalam pembelian. Pembatasan pembelian ini berlaku untuk semua jenis BBM berdasarkan jenis kendaraan. Untuk pembelian premium, pengemudi sepeda motor dibatas Rp 15 ribu, kendaraan pribadi Rp 75 ribu, dan angkutan umum Rp 100 ribu. Sedangkan untuk jenis solar, kendaraan pribadi Rp 75 ribu, angkutan umum Rp 100 ribu, sedangkan bus dan truk Rp 250 ribu.

 Hingga siang, belum ada antrean berarti

Jumat (23/5) Jam 16.00

Balik ke kantor buat nulis hasil liputan… badan pegel juga. Untung tadi siang, temen kantor ngajak makan nasi timbel dengan menu sayur asem, lalap, ikan asin, dan sambal yang mantap….

Jumat (23/5) Jam 18.00

Telepon di kantor berdering. Ada telepon dari warga yang mengabarkan SPBU di Kota Serang telah diserbu warga yang hendak antre BBM. Ini sudah tradisi setiap harga BBM akan naik. Fotografer meluncur duluan untuk mengambil gambar. Aku menyelesaikan tugas berita.

Jumat (23/5) Jam 20.30

Pulang ke rumah. Sebetulnya aku sudah sejak sore tadi pengen balik. Pembantu di rumah kecelakaan. Matanya kelilipan serbuk kayu hingga perih. Tapi aku sudah minta tolong office boy buat membelikan obat yang dipesan isteriku.

Saat pulang aku melewati sebuah SPBU. Antrean semakin panjang. Aparat keamanan tampak berjaga-jaga.

Jumat (23/5) Jam 21.45

Bareng isteri liat nonton SCTV Award sambil diselengi Indonesia Idol. Sesekali chanel pindah TVOne buat liat dialog rencana kenaikan harga BBM. Kebetulan di TVOne muncul wajah Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sedang konferensi pers terkait rencana kenaikan harga BBM. Wajah wapres kita itu begitu sumringah bahkan sambil tertawa-tawa jelang kenaikan harga BBM. Aku malas melihatnya! chanel kupindah lagi ke RCTI nonton AJI, peserta Indonesian Idol nyanyi ‘Ketahuan’ dengan gaya swing yang gokil banget. 🙂

Tiba-tiba muncul Breaking News di RCTI. Menkeu Sri Mulyani mengumumkan kenaikan harga BBM. Wajah Sri Mulyani tak seperti Wapres, walau pede tetep aja ketegangganya keliatan. Hmmm… BBM akhirnya naik juga!

Jumat (23/5) Jam 23.15

Pengurus DPD PAN Kota Serang Thoyib Fanani tiba-tiba menelpon. Aku pikir ini terkait masalh pilkada Kota Serang, ternyata masih ada kaitannya juga dengan kenaikan harga BBM. “MAhasiswa Untirta demo di depan kampus. Mereka blokir jalan sambil bakar ban. Macet,” kata Thoyib.

Sabtu (24/5) Jam 00.02

Anita Yosihara, wartawan Kompas yang bertugas di Banten kirim pesan singkat.

 “Kawan!!! Genting sekali malam ini. Sirine meraung-raung di jalanan, polisi berlalu lalang, rakyat berbondong2 menyerbu SPBU, serasa mau perang… Rakyat semakin payah, sementara di Jakarta sana, pemimpin kita berteriakmenantang,”hai rakyat, siap2 saja menunggu pengumuman kenaikan harga BBM”. Sungguh menegangkan, saat2 menanti 00.00. Percayalah, esok hari saat kau bangun, dunia benar2 sudah berubah!!! pita hitam untuk bangsa”

Aku tak perdulikan SMS Anita. Terus nonton Idol sampe Dela disingkirkan dari panggung spektakuler. Setelah itu baru aku pulezzzzzzzzzzzzz!

Sabtu (24/5) Jam 08.30

Pesan singkat dari redaktur meluncur ke HP-ku. “Coba pantau, kabarnya sopir angkot ada demo.”

Sabtu (24/5) Jam 09.00

Siap-siap jalankan tugas kantor. Muter-muter keliling Kota Serang, ternyata tak ada demo angkot. Mampir ke SPBU, isi bensin. Sejak semalam bensin motorku sebenarnya sudah tipis, tapi aku malas ikutan antre. Pagi ini akhu harus bayar Rp 12 ribu untuk dua liter bensin. Padahal biasanya aku ngisi Rp 10 ribu untuk dua liter lebih. Tak terasa, sepanjang malam ini, nilai uangku semakin tak berharga.!! :((

 

Klarfikasi Surabaya Post Menjengkelkan

22 Mei

Surabaya Post akhirnya mengirimkan klarifikasinya atas keberatan yang saya ungkapkan di sini. Klarifikasi itu dikirimkan via email tertanggal 22 Mei 2008. Berikut adalah klarifikasi dari Surabaya Post :

========================= 

Yth Qizink La Aziva
Menanggapi surat klarifikasi saudara tentang tulisan di Surabaya Post berjudul Letusan ‘Gunung Anak Krakatau, Ancaman atau Peluang: Mengharap Elizabeth Melintas Lagi’
yang dimuat pada Senin, 12 November 2007 (di website tertulis Minggu, 12/11/2007) dapat saya jelaskan sebagai berikut.
Salah satu sumber tulisan itu yang menurut Anda adalah tulisan Anda, kami ambil dari Kantor Berita Antara edisi 4 November 2007. Silakan klik pada
http://www.antara.co.id/arc/2007/11/4/pengunjung-carita-turun-akibat-krakatau/
Media kami berlangganan Antara sehingga pengutipan itu adalah legal. Persoalan ada kesamaan dalam tulisan Antara dengan tulisan Anda itu di luar sepengetahuan kami dan juga di luar tanggung jawab kami.
Lebih jelasnya kami lampirkan tulisan lengkap Antara di bawah ini.
04/11/07 12:34
Pengunjung Carita Turun Akibat Krakatau
Pandeglang (ANTARA News) – Pengunjung obyek wisata Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, selama satu pekan terakhir menurun akibat adanya aktivitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK).
“Banyak rombongan wisata dari Jakarta dan Tangerang membatalkan diri untuk berkunjung ke Pantai Carita, karena adanya pemberitaan letusan Anak Krakatau itu,” kata Bayu (40) pengelola obyek wisata Pasir Putih,Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Minggu.
Ia mengatakan, selama dua hari Sabtu (3/11) sampai Mingggu (4/11), sebanyak 60 rombongan wisatawan dari berbagai perusahaan di Jakarta membatalkan diri karena takut adanya gelombang tsunami akibat letusan Anak Krakatau.
Apalagi dengan penetapan siaga level III oleh Pusat Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PBVMBG) Bandung, banyak pengunjung mengurungkan niatnya untuk mengisi liburan. Padahal, para wisatawan itu sudah membooking lokasi obyek wisata.
Tahun ini, kata dia, pengunjung Pantai Carita menurun sekitar 80 persen dibandingkan tahun lalu. Biasanya, selama satu bulan lebih setelah Lebaran Idulfitri sejumlah obyek wisata dibanjiri wisatawan.
“Saat ini obyek wisata di Pantai Carita sepi pengunjung dan dipastikan pengelola wisata mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah,” katanya.
Tengku (45) pengelola obyek wisata Karang Asem,Pantai Carita, mengatakan, selama terjadi letusan GAK banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang sudah membooking tempat terpaksa menunda dulu sambil menunggu perkembangan letusan Anak Krakatau.
Sebetulnya, lanjut dia, sepinya pengunjung itu karena mendengar informasi sesat bahwa akan terjadi tsunami terkait letusan Anak Krakatau.
Menurut dia, berdasarkan laporan Pemantauan GAK di Desa Pasauran,Kecamatan Cinangka,Kabupaten Serang, letusan ini tidak menimbulkan gelombang tsunami sehingga diharapkan pengunjung obyek wisata tidak panik.
Surabaya Post akhirnya memberikan klarifikasinya atas copy paste opini saya dalam beritanya tanpa seijin saya, seperti yang saya ungkapkan di sini

Salam
Sugeng Purwanto

Redaktur

=======================

Klarifikasi ini tentu saja menjengkelkan saya. Karena Surabaya Post belum menjawab tentang adanya kalimat opini saya yang dimuat dalam berita tersebut. Sebagai contoh dalam Surabaya Post tertulis :

“Sangat disayangkan, jika fenomena alam Gunung Anak Krakatau yang ditunjukkan Sang Maha Pencipta saat ini terlewatkan begitu saja dengan ketakutan yang berlebihan. Sebuah langkah arif adalah dengan memanfaatkan kejadian alam ini untuk menjadi sebuah potensi yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat,” kata Bayu. (ini kalimat dalam situs Surabaya Post)—->http://www.surabayapost.info/detail.php?cat=1&id=65793
Saya mencoba mengecek kalimat tersebut di Antara. Narasumber bernama Bayu memang ada dalam Antara, tapi tak berkomentar seperti itu.
kalimat tersebut sangat mirip dengan kalimat yang saya tulis dalam opini yang saya buat, bahkan susunan kata, kalimat, hingga tanda bacanya. Kecuali ada penambahan tanda kutip yang mengidentifikasikan kalimat tersebut sebagai komentar Bayu. Padahal dalam berita Antara, Bayu tak mengungkapkan hal tersebut:
Sangat disayangkan, jika fenomena alam Gunung Anak Krakatau yang ditunjukkan Sang Maha Pencipta saat ini terlewatkan begitu saja dengan ketakutan yang berlebihan. Sebuah langkah arif adalah dengan memanfaatkan kejadian alam ini untuk menjadi sebuah potensi yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat. (tanpa tanda kutip dan pernyataan Bayu) —>  https://qizinklaziva.wordpress.com/2007/11/01/menjual-anak-krakatau/
Dari mana kalimat tersebut? Surabaya Post ternyata tak menjawabnya….! ini sangat menjengkelkan. Kenapa tidak fair untuk mengungkapkannnya? (qizink)
 

 

In Memoriam S.K. Trimurti, Saksi Proklamasi 17 Agustus 1945

22 Mei

Oleh: Rosihan Anwar

Terus Berjuang, Lahirkan Anak di Tahanan
JIKA Anda melihat salah satu foto mengenai proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, yang dibuat fotografer Alex Mendur (Ipphos), tampak di samping Soekarno yang sedang berbicara Mohamad Hatta dan Ny Fatmawati Soekarno. Selanjutnya, tampak Soewirjo, wali kota Jakarta, dan di dekatnya seorang perempuan berkain kebaya, berusia 33 tahun, kecil kurus, dengan wajah serius. Itulah Soerastri Karma (S.K.) Trimurti yang meninggal dunia pada 20 Mei 2008, tepat seabad Hari Kebangkitan Nasional di Rumah Sakit Cikini. Di sana dia dirawat sudah lama, sejak jatuh sakit pada 2005 Dia meninggal dalam kesunyian. Hanya putra sulungnya yang menunggui dia.

Hadirnya Trimurti pada upacara proklamasi kemerdekaan adalah karena protégé Bung Karno, kader kesayangan yang dilindunginya, perempuan aktivis perjuangan kemerdekaan, wartawan yang keluar masuk penjara di zaman kolonial Belanda. Dia protégé Bung Karno sejak di masa Bandung awal 1930-an, tatkala Bung Karno memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI).

Berlatar belakang keluarga priyayi rendah, dari kalangan pangreh praja, Trimurti yang lahir di Boyolali 11 Mei 1912 sempat bersekolah di Sekolah Guru Putri berbahasa Belanda di Jebres, Solo.

Sudah sangat dini Trimurti terseret dalam kegiatan politik. Dia menjadi guru sekolah dasar milik Parpol Partindo yang kepala sekolahnya adalah Sanusi Pane, penyair Pujangga Baru. Dia dilarang mengajar oleh Belanda yang menggariskan bahwa bekerja menjadi guru di depan kelas tidak bisa dikombinasikan dengan kerja sebagai penggiat politik. Dia tinggal di rumah istri pertama Bung Karno Bu Inggit untuk menemaninya karena sejak 1 Agustus 1933 Bung Karno ditangkap Belanda.

Yang menarik perhatian kita ialah Trimurti, dengan semangat perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka, menceburkan diri ke dunia jurnalistik. Bersama suaminya, Mohamad Ibnu Sayuti yang lebih terkenal dengan nama Sayuti Melik, yang dinikahi pada 1938, dia mendirikan koran Pesat di Semarang terbit tiga kali seminggu dengan tiras 2 ribu eksemplar. Karena penghasilannya masih kecil, pasangan suami istri itu terpaksa memborong berbagai pekerjaan, dari redaksi hingga urusan percetakan, dari distribusi dan penjualan hingga langganan.

Kalau mereka bukan orang orang yang punya magnificent obsession, keranjingan dengan cita-cita indah, bagaimanakah bisa bertahan hidup dalam kemelaratan?

Trimurti dan Sayuti Melik bergiliran masuk keluar penjara akibat tulisan mereka mengkritik tajam pemerintah Hindia Belanda. Sayuti sebagai bekas tahanan politik yang dibuang ke Boven Digul selalu dimata-matai dinas intel Belanda (PID). Trimurti sampai pernah melahirkan anak di dalam penjara.

Berakhirkah penderitaan mereka setelah kapitulasi Belanda terhadap tentara Dai Nippon, Maret 1942? Tidak pula. Kenpeitai Jepang sama saja, mencurigai Sayuti sebagai orang komunis. Koran Pesat diberedel Japan, Trimurti ditangkap Kenpeitai. Dia disiksa dengan pukulan pentungan sehingga pingsan. Bukan main penderitaannya.

Pada 9 Maret 1943, diresmikan berdirinya Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dipimpin “Empat Sekawan” Soekarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Kiai Mas Mansur. Saat itu Soekarno meminta pemerintah Jepang membebaskan Trimurti, lalu membawanya ke Jakarta untuk bekerja di Putera, dan kemudian di Djawa Hookoo Kai, Himpunan Kebaktian Rakyat Seluruh Jawa. Trimurti dan Sayuti Melik dapat hidup relatif tenteram. Sayuti terus berada di sisi Bung Karno. Dialah yang kelak mengetik naskah proklamasi. Semua itu menunjukkan kedekatan Trimurti dan suaminya dengan Bung Karno.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Trimurti berpindah ke daerah pedalaman. Dia aktif dalam gerakan buruh. Terlibat dalam pembentukan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (Sobsi), yang kelak menjadi organisasi masa PKI. Pada 1947-1948, untuk masa singkat, dia diangkat sebagai menteri perburuhan dalam kabinet Amir Syarifuddin. Ketika pecah aksi militer Belanda kedua 18 Desember 1948, Trimurti ikut dalam perjuangan gerilya. Dia dulu dalam pengurus Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) yang juga mantel-organisasi PKI.

Apakah Trimurti seorang komunis? Pada hemat saya, tidak. Dia “kiri”, tetapi sebenarnya dia nasionalis, populis, yang berpihak kepada rakyat kecil. Saya akrab dengan Trimurti karena adiknya, almarhum Suryo Sumanto, mantan ketua umum Parfi (Persatuan Artis Film Indonesia). Dia kumpul beberapa waktu dengan Usmar Ismail dan saya di rumah di Pegangsaan Barat nomor 6 paviliun.

Trimurti mengharapkan masyarakat Indonesia dikembangkan ke arah sosialis. Karena itu, dan untuk memenuhi keinginannya menambah ilmu, dia belajar ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1953 hingga 1960. Saya pikir memperhatikan perkembangan Indonesia sekarang dan globalisasi dunia akan sangatlah sukar mencapai cita-cita sosialis itu. Maka, saya doakan bagi Trimurti, beristirahatlah dengan damai. (*)

Rosihan Anwar, wartawan senior

Sumber : Jawa Pos, Kamis (22/5)